Ketika telah melakukan dosa serta kesalahan dan kita masih diberikan kesempatan untuk hidup, itu berarti Allah masih mengijinkan kita untuk bertobat.
Selama tidak ada saksi, meskipun itu dosa zina atau dosa besar lainnya maka hukuman had tidak bisa dijatuhkan dan kita masih diberikan kesempatan untuk bertobat dan kembali Pada Allah.
Jangan pernah menghakimi pendosa karena, bisa jadi mungkin dia lebih baik dari kita yang belum pernah melakukan dosa tersebut, dan nikmatnya penyesalan. Berikut penjelasan Tanqihul Qaul tentang keutamaan taubat.
Taubat ialah meninggalkan sesuatu yang tercela menurut syara menurut sesuatu yang terpuji menurut syara' dan mengetahui bahwa dosa-dosa dan maksiat menimbulkan kebinasaan dan menjauhkan dari Allah azza w'a jalla dan surganya, sedangkan meninggalkan semua itu berarti mendekatkan kepada Allah azza wa jalla dan surgaNya.
Ketika Adam a.s. makan dari pohon terlarang, berterbanganlah pakaian-pakaian dari tubuhnya dan nampak auratnya. Tinggallah mahkota dan iklil di atas kepalanya. Ia merasa malu memakainya.
Maka datanglah Jibril a.s. kepadanya, lalu mengambil mahkota itu dari kepalanya dan iklil dari dahinya. Kemudian diserukan kepada Adam dan Hawa : Turunlah kalian
dari sisi-Ku, karena tidaklah berdekatan dengan-Ku siapa yang mendurhaka kepada-Ku. Kemudian Adam menoleh kepada Hawa dengan perasaan malu.
Demikian disebutkan oleh Asy-Syeikh Abdul Qadir.
”Orang yang bertobat dari dosa seperti orang yang tak berdosa dan orang yang minta ampun atas dosanya sedang
ia tetap melakukan dosa itu, maka ia seperti orang yang mengejek Tuhannya. " (H.R. Baihaqi dan Ibnu Asakir dan Ibnu Abbas).
Itulah sebabnya dikatakan : Istighfar dengan lisan adalah taubat para pendusta. Ini hadits mauquf yaitu perkataan atau perbuatan sahabi dan dinamakan atsar.
Nabi Saw. Bersabda : "Penyesalan itu taubat dan orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tak berdosa" (H.R. Thabrani dan Abu Nu'aim dari lbnu Said Al-Anshari dan didho'ifkan oleh Bukhari dan lainnya).
Tanda penyesalan yang benar ialah kelembutan hati dan air mata yang mengucur dengan deras. Itulah sebabnya diriwayatkan dari Nabi Saw. bahwa beliau bersabda : Duduklah kalian dengan orangorang yang bertobat, karena mereka paling lembut hatinya.
Nabi Saw. bersabda : Barangsiapa melakukan suatu dosa, kemudian menyesalinya. maka itulah tebusannya.
Berkata Al-Hasan rahimahullah ; Taubat itu berdiri di atas empat tonggak : Yaitu istighfar dengan lisan, menyesal di dalam hati, meninggalkan perbuatan dosa dengan anggota tubuh dan bertekad untuk tidak kembali berbuat dosa.
Keterangan itu disebutkan oleh Asy-Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani. Bersabda Rasulullah Saw. : ”Tidak ada sesuatu yang lebih disukai Allah Ta'ala daripada orang muda yang bertobat."
Dan tidak ada sesuatu yang lebih dibenci Allah Ta'ala daripada orang tua yang tetap berbuat maksiat."
Demikian diriwayatkan oleh Abul Mudhaffar dari Salman Al-Farisi. Nabi Saw.'bersabda : Ada hamba berbuat dosa, lalu dosa itu memasukkannya ke dalam surga. Para sahabat berkata : Ya Nabi Allah, bagaimana ia memasukkannya ke dalam surga ? Nabi Saw. menjawab; Dosa itu berada di depan kedua matanya,
lalu ia minta ampunan atas dosa itu dan menyesalinya, hingga ia masuk surga Hadits itu disebutkan oleh Asy-Syeikh Abul Qadir Al-Jailani.
Nabi Saw. bersabda : "Setiap sesuatu mempunyai obat dan obat pelebur dosa-dosa adalah taubat."
Berkata Anas : Datang seorang lelaki kepada Rasulullah Saw., lalu berkata: Ya Rasulullah. sesungguhnya aku telah melakukan suatu dosa. Nabi Saw. berkata : Mintalah ampun kepada Allah.
Orang itu Menjawab : Aku bertobat, kemudian kembali berbuat dosa.
Nabi SAW. berkata : Setiap kali engkau berbuat dosa, maka bertobatlah, hingga syaitan putus asa.
orang itu berkata : Ya Nabi Allah, kalau begitu dosa-dosaku menjadi banyak. Maka Nabi Saw. berkata : Ampunan Allah lebih banyak daripada dosa-dosamu.
Nabi Saw. bersabda : Taubat itu merobohkan dosa.
Diriwayatkan dari Al-Hasan r.a. dari Nabi Saw. bahwa beliau bersabda : Andaikata seseorang dari kamu berdosa, hingga memenuhi ruang antara langit dan bumi, kemudian ia bertobat, niscaya Allah menerima taubatnya.
Nabi Saw. bersabda : "Bertobatlah kalian kepada Allah, karena aku bertobat kepada-Nya setiap hari seratus kali.” (H.R. Syaikhain dari Umar Ibn Al-Khattab). Sebutan jumlah seratus hanyalah untuk menunjukkan banyak, bukan untuk membatasi. Taubat orang awam adalah dari dosa-dosa, tobat kaum Khawaash adalah dari kelalaian hati, sedangkan taubat khawaashul khawaash adalah dari kecintaan kepada selain yang dicintai. Maka taubat setiap hamba adalah sesuai dengan derajatnya. ~
Nabi Saw. bersabda : Tobatlah kalian kepada Allah dan jangan putus asa (dari rahmat Allah), karena putus asa itu kufur."
Diriwayatkan bahwa seorang lelaki bertanya kepada lbnu Mas'ud tentang dosa yang pernah dilakukannya, apakah ia bisa bertobat ? lbnu Mas'ud berpaling darinya, kemudian menoleh kepadanya. Dilihatnya kedua mata orang itu mengeluarkan air mata.
lbnu Mas'ud berkata kepadanya : Sesungguhnya surga itu mempunyai delapan pintu. Semuanya dibuka dan ditutup, kecuali pintu taubat. Disitu ada seorang malaikat yang diberi tugas menjaganya dan pintu itu tidak ditutup. Maka beramallah dan jangan putus asa (Demikian disebutkan dalam Al-lhya').
"Segeralah kamu bertobat sebelum datang kematian dan segeralah mengerjakan shalat sebelum habis waktunya.”
Berkata Sayyidi Asy-Syeikh Abdul Qadir Al Jailani: Syarat-syarat taubat ada tiga:
Pertama: Menyesali pelanggaran yang dilakukannya.
Kedua : Meninggalkan dosa-dosa dalam semua keadaan dan saat.
Ketiga : Bertekad untuk tidak kembali melakukan maksiat yang pernah dilakukannya.
Karena ia tahu, bahwa maksiat-maksiat itu menghalangi antara ia dan Tuhannya. Penyesalan berarti kesedihan hati ketika mengetahui, bahwa ia kehilangan kekasihnya. Maka kesedihannya menjadi lama dan tumpahlah air matanya, sehingga ia bertekad untuk tidak kembali lagi melakukan perbuatan seperti itu tatkala ia menyadari kejelekannya dan mengetahui, bahwa ia lebih berbahaya daripada racun yang mematikan dan binatang buas yang ganas dan api yang membakar serta pedang yang tajam.
Adapun tujuannya, yaitu keinginan untuk memperbaiki, maka ia berkaitan dengan keadaan dan wajib meninggalkan setiap perbuatan terlarang yang dulu pernah dilakukannya dan menunaikan setiap kewajiban yang harus dilakukannya seketika itu.
Ia pun berkaitan dengan masa lalu, yaitu memperbaiki ketinggalannya dengan selalu melakukan ketaatan di masa mendatang dan meninggalkan maksiat sampai mati.
Adapun syarat keabsahannya dalam hal yang berkaitan dengan masa lalu, maka ia periksa umurnya yang sudah lewat setahun demi setahun, sebulan demi sebulan, sehari demi sehari, sesaat demi sesaat, nafas demi nafas. Maka ia lihat mana ketaatan yang kurang dilakukannya. Nabi Saw. bersabda : Tobatlah kamu sekalian kepada Tuhanmu sebelum kamu mati."
Berkata Jabir bin Abdillah r.a. : Rasulullah Saw. berkhotbah kepada kami pada hari Jumat, lalu berkata :
Wahai sekalian manusia, bertobatlah kamu sekalian kepada Allah sebelum kamu mati. Segeralah kamu mengerjakan amal-amal shalih sebelum kalian sibuk. Sambunglah hubungan antara kamu dan Tuhanmu, niscaya kamu bahagia. Perbanyaklah mengeluarkan sedekah. niscaya kalian mendapat rezeki. Suruhlah berbuat yang ma'ruf niscaya kalian terlindung Dan cegahlah dari yang mungkar niscaya kalian mendapat pertolongan
Nabi Saw. benabda Ketika iblis diturunkan ke bumi. ia berkata aku akan terus menyesatkan anak Adam selama roh berada di dalam jasadnya
Maka Tuhan menjawab . Demi keperkasaan dan keagunganmu Aku tidak menghalanginya untuk bertobat selama ia belum mendenguk (dalam keadaan sekarat)
Diriwayatkan dari Muhammad bin 'Abdullah As-Salami. bahwa ia berkata : Aku duduk bersama beberapa orang sahabat Rasulullah Saw. di Madinah. Salah seorang dari mereka berkata : Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda : Barangsiapa bertobat setengah hari sebelum kematiannya, maka Allah menerima taubatnya.
Yang lain berkata : Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda : Barangsiapa bertobat sebelum mendengkur (dalam keadaan sekarat), maka Allah menerima taubatnya.
Diriwayatkan oleh Zaadzan dari Abdullah bin Mas'ud dari Salman Al-Farisi bahwa dalam cerita Israiliyyat disebutkan seorang wanita pelacur dan penyanyi yang membanggakan kencantikannya. Pintu rumahnya selalu terbuka dan ia duduk di ranjang menghadap pintu. Setiap orang yang melewatinya dan memandang kepadanya tentu terpesona ole hnya dan memerlukan sepuluh dinar atau lebih hingga ia izinkan orang itu masuk kepadanya.
Pada suatu hari seorang ahli ibadah dari Bani Israel lewat di depan pintunya, terlihat olehnya wanita itu di dalam rumah yang sedang duduk di atas ranjang. Ia terpesona oleh wanita itu dan terus berusaha mengatasi dirinya seraya berdoa kepada Allah Ta'ala agar menghilangkan perasaan itu dari dirinya.
la tidak bisa menguasai dirinya hingga ia menjual selembar bajunya. Ia kumpulkan uang dinar yang dibutuhkannya, lalu datang ke pintunya. Wanita itu menyuruhnya menyerahkan emas itu kepada wakilnya dan menjanjikan untuk menemuinya.
Kemudian ia datang kepada wanita itu untuk memenuhi janjinya sedangkan wanita itu telah berdandan dan duduk di rumahnya di atas ranjangnya. Ahli ibadah itu masuk kepadanya dan duduk bersamanya di atas ranjang. Ketika mengulurkan tangannya kepada wanita itu dan bersenang-senang dengannya, tiba-tiba Allah menyelamatkannya dengan berkata ibadahnya yang dulu.
Maka terlintas dalam hatinya bahwa Allah Ta'ala melihatku dalam keadaan ini dari atas 'Arasy-Nya sedang aku melakukan perbuatan haram dan telah sia-sia amalku seluruhnya. Timbul rasa takut dalam hatinya. Maka ia pun gemetar dan berubah warnanya. Wanita itu melihat kepadanya dan melihatnya berubah warnanya. '
Wanita itu berkata : Kenapa kamu, hai lelaki ?
Orang itu menjawab : Aku takut kepada Allah Tuhanku, maka izinkan aku keluar. Wanita itu berkata : Kasihan kamu, banyak orang mengharapkan apa yang engkau dapatkan ini. Apa pula yang engkau rasakan ini ? Orang itu menjawab : Aku takut kepada Allah dan uang yang kuberikan kepada wakilmu biarlah kuhalalkan
untukmu. Maka izinkan aku keluar.
Wanita itu berkata : Rupanya engkau belum pernah melakukan ini. Orang itu menjawab : Tidak.
Wanita itu berkata : Dari mana engkau dan siapa namamu ?
Orang itu mengabarinya, bahwa ia berasal dari desa Anu dan namanya Fulan. Wanita. itu mengizinkannya keluar dari rumahnya.
Laki-laki tersebut keluar dan berteriak : Binasa dan celaka! iamenangisi dirinya. Maka timbullah rasa takut dalam hati wanita itu dengan berkat ahli ibadah tadi.
Ia berkata didalam hatinya : Orang ini baru pertama kali melakukan dosa, lalu timbul rasa takut di hatinya.
Adapun aku sudah sekian tahun berbuat dosa sedangkan Tuhan yang ditakutinya adalah juga Tuhanku. Mestinya aku lebih takut daripada dia. Kemudian ia bertobat kepada Allah Ta'ala dan menutup pintu terhadap orang-orang dan memakai baju lusuh serta tekun beribadah.
Ia berkata di dalam hati : Kiranya aku pergi kepada laki-laki itu supaya ia mengawini aku dan aku tinggal bersamanya.
Aku bisa belajar agama darinya dan ia bisa menolongku untuk ibadah kepada Tuhanku. Wanita itu bersiap-siap dan membawa harta dan pelayan yang dimilikinya. la tiba di desa itu dan menanyakan tentangnya. Orang-orang mengabari ahli ibadah itu. bahwa seorang wanita mencarimu. Kemudian ahli ibadah itu keluar menemuinya. Ketika wanita itu melihatnya, ia menyingkap wajahnya supaya laki-laki itu mengenalnya. Ketika ahli ibadah itu mengenalnya dan mengenali wajahnya serta teringat peristiwa yang pernah terjadi antara ia dan wanita itu, ia pun menjerit, hingga melayang jiwanya. Wanita itu merasa sedih dan berkata di dalam hatinya : Aku keluar karena dia ia telah meninggal dunia. Kemudian ia berkata kepada penduduk desa itu : Apakah ada seorang kerabat orang itu yang memerlukan seseorang wanita ?
Mereka menjawab : Orang ini mempunyai seorang saudara lelaki yang shalih, tetapi miskin
Wanita itu berkata : Tidak ada masalah dengannya. Aku mempunyai banyak harta yang cukup bagi kami.
Kemudian datang saudara dia dan kawin dengannya.
*dikutip dari karya Muhammad bin Umar An-Nawawi dengan judul kitabnya Tanqihul Qaul halaman 125, yang diterjemahkan oleh Zaid Husin Al-Hamid, dan diterbitkan oleh Mutiara Ilmu tahun 1995
Selama tidak ada saksi, meskipun itu dosa zina atau dosa besar lainnya maka hukuman had tidak bisa dijatuhkan dan kita masih diberikan kesempatan untuk bertobat dan kembali Pada Allah.
Jangan pernah menghakimi pendosa karena, bisa jadi mungkin dia lebih baik dari kita yang belum pernah melakukan dosa tersebut, dan nikmatnya penyesalan. Berikut penjelasan Tanqihul Qaul tentang keutamaan taubat.
Taubat ialah meninggalkan sesuatu yang tercela menurut syara menurut sesuatu yang terpuji menurut syara' dan mengetahui bahwa dosa-dosa dan maksiat menimbulkan kebinasaan dan menjauhkan dari Allah azza w'a jalla dan surganya, sedangkan meninggalkan semua itu berarti mendekatkan kepada Allah azza wa jalla dan surgaNya.
Ketika Adam a.s. makan dari pohon terlarang, berterbanganlah pakaian-pakaian dari tubuhnya dan nampak auratnya. Tinggallah mahkota dan iklil di atas kepalanya. Ia merasa malu memakainya.
Maka datanglah Jibril a.s. kepadanya, lalu mengambil mahkota itu dari kepalanya dan iklil dari dahinya. Kemudian diserukan kepada Adam dan Hawa : Turunlah kalian
dari sisi-Ku, karena tidaklah berdekatan dengan-Ku siapa yang mendurhaka kepada-Ku. Kemudian Adam menoleh kepada Hawa dengan perasaan malu.
Demikian disebutkan oleh Asy-Syeikh Abdul Qadir.
”Orang yang bertobat dari dosa seperti orang yang tak berdosa dan orang yang minta ampun atas dosanya sedang
ia tetap melakukan dosa itu, maka ia seperti orang yang mengejek Tuhannya. " (H.R. Baihaqi dan Ibnu Asakir dan Ibnu Abbas).
Itulah sebabnya dikatakan : Istighfar dengan lisan adalah taubat para pendusta. Ini hadits mauquf yaitu perkataan atau perbuatan sahabi dan dinamakan atsar.
Nabi Saw. Bersabda : "Penyesalan itu taubat dan orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tak berdosa" (H.R. Thabrani dan Abu Nu'aim dari lbnu Said Al-Anshari dan didho'ifkan oleh Bukhari dan lainnya).
Tanda penyesalan yang benar ialah kelembutan hati dan air mata yang mengucur dengan deras. Itulah sebabnya diriwayatkan dari Nabi Saw. bahwa beliau bersabda : Duduklah kalian dengan orangorang yang bertobat, karena mereka paling lembut hatinya.
Nabi Saw. bersabda : Barangsiapa melakukan suatu dosa, kemudian menyesalinya. maka itulah tebusannya.
Berkata Al-Hasan rahimahullah ; Taubat itu berdiri di atas empat tonggak : Yaitu istighfar dengan lisan, menyesal di dalam hati, meninggalkan perbuatan dosa dengan anggota tubuh dan bertekad untuk tidak kembali berbuat dosa.
Keterangan itu disebutkan oleh Asy-Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani. Bersabda Rasulullah Saw. : ”Tidak ada sesuatu yang lebih disukai Allah Ta'ala daripada orang muda yang bertobat."
Dan tidak ada sesuatu yang lebih dibenci Allah Ta'ala daripada orang tua yang tetap berbuat maksiat."
Demikian diriwayatkan oleh Abul Mudhaffar dari Salman Al-Farisi. Nabi Saw.'bersabda : Ada hamba berbuat dosa, lalu dosa itu memasukkannya ke dalam surga. Para sahabat berkata : Ya Nabi Allah, bagaimana ia memasukkannya ke dalam surga ? Nabi Saw. menjawab; Dosa itu berada di depan kedua matanya,
lalu ia minta ampunan atas dosa itu dan menyesalinya, hingga ia masuk surga Hadits itu disebutkan oleh Asy-Syeikh Abul Qadir Al-Jailani.
Nabi Saw. bersabda : "Setiap sesuatu mempunyai obat dan obat pelebur dosa-dosa adalah taubat."
Berkata Anas : Datang seorang lelaki kepada Rasulullah Saw., lalu berkata: Ya Rasulullah. sesungguhnya aku telah melakukan suatu dosa. Nabi Saw. berkata : Mintalah ampun kepada Allah.
Orang itu Menjawab : Aku bertobat, kemudian kembali berbuat dosa.
Nabi SAW. berkata : Setiap kali engkau berbuat dosa, maka bertobatlah, hingga syaitan putus asa.
orang itu berkata : Ya Nabi Allah, kalau begitu dosa-dosaku menjadi banyak. Maka Nabi Saw. berkata : Ampunan Allah lebih banyak daripada dosa-dosamu.
Nabi Saw. bersabda : Taubat itu merobohkan dosa.
Diriwayatkan dari Al-Hasan r.a. dari Nabi Saw. bahwa beliau bersabda : Andaikata seseorang dari kamu berdosa, hingga memenuhi ruang antara langit dan bumi, kemudian ia bertobat, niscaya Allah menerima taubatnya.
Nabi Saw. bersabda : "Bertobatlah kalian kepada Allah, karena aku bertobat kepada-Nya setiap hari seratus kali.” (H.R. Syaikhain dari Umar Ibn Al-Khattab). Sebutan jumlah seratus hanyalah untuk menunjukkan banyak, bukan untuk membatasi. Taubat orang awam adalah dari dosa-dosa, tobat kaum Khawaash adalah dari kelalaian hati, sedangkan taubat khawaashul khawaash adalah dari kecintaan kepada selain yang dicintai. Maka taubat setiap hamba adalah sesuai dengan derajatnya. ~
Nabi Saw. bersabda : Tobatlah kalian kepada Allah dan jangan putus asa (dari rahmat Allah), karena putus asa itu kufur."
Diriwayatkan bahwa seorang lelaki bertanya kepada lbnu Mas'ud tentang dosa yang pernah dilakukannya, apakah ia bisa bertobat ? lbnu Mas'ud berpaling darinya, kemudian menoleh kepadanya. Dilihatnya kedua mata orang itu mengeluarkan air mata.
lbnu Mas'ud berkata kepadanya : Sesungguhnya surga itu mempunyai delapan pintu. Semuanya dibuka dan ditutup, kecuali pintu taubat. Disitu ada seorang malaikat yang diberi tugas menjaganya dan pintu itu tidak ditutup. Maka beramallah dan jangan putus asa (Demikian disebutkan dalam Al-lhya').
"Segeralah kamu bertobat sebelum datang kematian dan segeralah mengerjakan shalat sebelum habis waktunya.”
Berkata Sayyidi Asy-Syeikh Abdul Qadir Al Jailani: Syarat-syarat taubat ada tiga:
Pertama: Menyesali pelanggaran yang dilakukannya.
Kedua : Meninggalkan dosa-dosa dalam semua keadaan dan saat.
Ketiga : Bertekad untuk tidak kembali melakukan maksiat yang pernah dilakukannya.
Karena ia tahu, bahwa maksiat-maksiat itu menghalangi antara ia dan Tuhannya. Penyesalan berarti kesedihan hati ketika mengetahui, bahwa ia kehilangan kekasihnya. Maka kesedihannya menjadi lama dan tumpahlah air matanya, sehingga ia bertekad untuk tidak kembali lagi melakukan perbuatan seperti itu tatkala ia menyadari kejelekannya dan mengetahui, bahwa ia lebih berbahaya daripada racun yang mematikan dan binatang buas yang ganas dan api yang membakar serta pedang yang tajam.
Adapun tujuannya, yaitu keinginan untuk memperbaiki, maka ia berkaitan dengan keadaan dan wajib meninggalkan setiap perbuatan terlarang yang dulu pernah dilakukannya dan menunaikan setiap kewajiban yang harus dilakukannya seketika itu.
Ia pun berkaitan dengan masa lalu, yaitu memperbaiki ketinggalannya dengan selalu melakukan ketaatan di masa mendatang dan meninggalkan maksiat sampai mati.
Adapun syarat keabsahannya dalam hal yang berkaitan dengan masa lalu, maka ia periksa umurnya yang sudah lewat setahun demi setahun, sebulan demi sebulan, sehari demi sehari, sesaat demi sesaat, nafas demi nafas. Maka ia lihat mana ketaatan yang kurang dilakukannya. Nabi Saw. bersabda : Tobatlah kamu sekalian kepada Tuhanmu sebelum kamu mati."
Berkata Jabir bin Abdillah r.a. : Rasulullah Saw. berkhotbah kepada kami pada hari Jumat, lalu berkata :
Wahai sekalian manusia, bertobatlah kamu sekalian kepada Allah sebelum kamu mati. Segeralah kamu mengerjakan amal-amal shalih sebelum kalian sibuk. Sambunglah hubungan antara kamu dan Tuhanmu, niscaya kamu bahagia. Perbanyaklah mengeluarkan sedekah. niscaya kalian mendapat rezeki. Suruhlah berbuat yang ma'ruf niscaya kalian terlindung Dan cegahlah dari yang mungkar niscaya kalian mendapat pertolongan
Nabi Saw. benabda Ketika iblis diturunkan ke bumi. ia berkata aku akan terus menyesatkan anak Adam selama roh berada di dalam jasadnya
Maka Tuhan menjawab . Demi keperkasaan dan keagunganmu Aku tidak menghalanginya untuk bertobat selama ia belum mendenguk (dalam keadaan sekarat)
Diriwayatkan dari Muhammad bin 'Abdullah As-Salami. bahwa ia berkata : Aku duduk bersama beberapa orang sahabat Rasulullah Saw. di Madinah. Salah seorang dari mereka berkata : Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda : Barangsiapa bertobat setengah hari sebelum kematiannya, maka Allah menerima taubatnya.
Yang lain berkata : Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda : Barangsiapa bertobat sebelum mendengkur (dalam keadaan sekarat), maka Allah menerima taubatnya.
Diriwayatkan oleh Zaadzan dari Abdullah bin Mas'ud dari Salman Al-Farisi bahwa dalam cerita Israiliyyat disebutkan seorang wanita pelacur dan penyanyi yang membanggakan kencantikannya. Pintu rumahnya selalu terbuka dan ia duduk di ranjang menghadap pintu. Setiap orang yang melewatinya dan memandang kepadanya tentu terpesona ole hnya dan memerlukan sepuluh dinar atau lebih hingga ia izinkan orang itu masuk kepadanya.
Pada suatu hari seorang ahli ibadah dari Bani Israel lewat di depan pintunya, terlihat olehnya wanita itu di dalam rumah yang sedang duduk di atas ranjang. Ia terpesona oleh wanita itu dan terus berusaha mengatasi dirinya seraya berdoa kepada Allah Ta'ala agar menghilangkan perasaan itu dari dirinya.
la tidak bisa menguasai dirinya hingga ia menjual selembar bajunya. Ia kumpulkan uang dinar yang dibutuhkannya, lalu datang ke pintunya. Wanita itu menyuruhnya menyerahkan emas itu kepada wakilnya dan menjanjikan untuk menemuinya.
Kemudian ia datang kepada wanita itu untuk memenuhi janjinya sedangkan wanita itu telah berdandan dan duduk di rumahnya di atas ranjangnya. Ahli ibadah itu masuk kepadanya dan duduk bersamanya di atas ranjang. Ketika mengulurkan tangannya kepada wanita itu dan bersenang-senang dengannya, tiba-tiba Allah menyelamatkannya dengan berkata ibadahnya yang dulu.
Maka terlintas dalam hatinya bahwa Allah Ta'ala melihatku dalam keadaan ini dari atas 'Arasy-Nya sedang aku melakukan perbuatan haram dan telah sia-sia amalku seluruhnya. Timbul rasa takut dalam hatinya. Maka ia pun gemetar dan berubah warnanya. Wanita itu melihat kepadanya dan melihatnya berubah warnanya. '
Wanita itu berkata : Kenapa kamu, hai lelaki ?
Orang itu menjawab : Aku takut kepada Allah Tuhanku, maka izinkan aku keluar. Wanita itu berkata : Kasihan kamu, banyak orang mengharapkan apa yang engkau dapatkan ini. Apa pula yang engkau rasakan ini ? Orang itu menjawab : Aku takut kepada Allah dan uang yang kuberikan kepada wakilmu biarlah kuhalalkan
untukmu. Maka izinkan aku keluar.
Wanita itu berkata : Rupanya engkau belum pernah melakukan ini. Orang itu menjawab : Tidak.
Wanita itu berkata : Dari mana engkau dan siapa namamu ?
Orang itu mengabarinya, bahwa ia berasal dari desa Anu dan namanya Fulan. Wanita. itu mengizinkannya keluar dari rumahnya.
Laki-laki tersebut keluar dan berteriak : Binasa dan celaka! iamenangisi dirinya. Maka timbullah rasa takut dalam hati wanita itu dengan berkat ahli ibadah tadi.
Ia berkata didalam hatinya : Orang ini baru pertama kali melakukan dosa, lalu timbul rasa takut di hatinya.
Adapun aku sudah sekian tahun berbuat dosa sedangkan Tuhan yang ditakutinya adalah juga Tuhanku. Mestinya aku lebih takut daripada dia. Kemudian ia bertobat kepada Allah Ta'ala dan menutup pintu terhadap orang-orang dan memakai baju lusuh serta tekun beribadah.
Ia berkata di dalam hati : Kiranya aku pergi kepada laki-laki itu supaya ia mengawini aku dan aku tinggal bersamanya.
Aku bisa belajar agama darinya dan ia bisa menolongku untuk ibadah kepada Tuhanku. Wanita itu bersiap-siap dan membawa harta dan pelayan yang dimilikinya. la tiba di desa itu dan menanyakan tentangnya. Orang-orang mengabari ahli ibadah itu. bahwa seorang wanita mencarimu. Kemudian ahli ibadah itu keluar menemuinya. Ketika wanita itu melihatnya, ia menyingkap wajahnya supaya laki-laki itu mengenalnya. Ketika ahli ibadah itu mengenalnya dan mengenali wajahnya serta teringat peristiwa yang pernah terjadi antara ia dan wanita itu, ia pun menjerit, hingga melayang jiwanya. Wanita itu merasa sedih dan berkata di dalam hatinya : Aku keluar karena dia ia telah meninggal dunia. Kemudian ia berkata kepada penduduk desa itu : Apakah ada seorang kerabat orang itu yang memerlukan seseorang wanita ?
Mereka menjawab : Orang ini mempunyai seorang saudara lelaki yang shalih, tetapi miskin
Wanita itu berkata : Tidak ada masalah dengannya. Aku mempunyai banyak harta yang cukup bagi kami.
Kemudian datang saudara dia dan kawin dengannya.
*dikutip dari karya Muhammad bin Umar An-Nawawi dengan judul kitabnya Tanqihul Qaul halaman 125, yang diterjemahkan oleh Zaid Husin Al-Hamid, dan diterbitkan oleh Mutiara Ilmu tahun 1995
Komentar
Posting Komentar