Sifat-Sifat Kaum Munafik menurut Tafsir Munir Wahbah Zuhaili
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسُِوا فِى الْأَرْضِ قَالُوٓا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونمُصْلِحُونَ
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Janganlah berbuat kerusakan di bumi!" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan."
[QS. Al-Baqara 2:11]
أَلَآ إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلٰكِنْ لَّا يَشْعُرُونَ
Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.
[QS. Al-Baqara 2:12]
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ ءَامِنُوا كَمَآ ءَامَنَ النَّاسُ قَالُوٓا أَنُؤْمِنُ كَمَآ ءَامَنَ السُّفَهَآءُ ۗ أَلَآ إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَآءُ وَلٰكِنْ لَّا يَعْلَمُونَ
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang lain telah beriman!" Mereka menjawab, "Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman?" Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang kurang akal, tetapi mereka tidak tahu.
[QS. Al-Baqara 2:13]
Apabila dikatakan kepada orang-orang munafik "Komplotan rendah dan rencana
jahat kalian-dengan mengobarkan fitnah, memata-matai untuk kepentingan kaum kafir;
dan memprovokasi suku-suku Arab untuk memusuhi kaum muslimin-adalah kerusakan", mereka akan menjawab, "Kenyataannya bukan seperti yang kalian sangka. Sebetulnya kami hanyalah mengadakan perbaikan. Yang kami inginkan tidak lain adalah perbaikan." Maka Allah membantah mereka bahwa merekalah orang-orang yang merusah akan tetapi mereka tidak menyadari bahaya perbuatan mereka, tidak merasakan perusakan ini, sebab ini telah meniadi insting mereka, tertanam dalam karakter mereka. Kaum muslimin dahulu menasihati mereka dengan berbagai cara, menyeru mereka untuk beriman seperti imannya orang-orang yang mengikuti petuniuk akal sehat dan mengambil jalan hidayah seperti Abdullah bin Salam dan lain-lain. Bila kaum muslimin berkata kepada orang'orang munafik "Masuklah ke kawasan iman seperti orang-orang lain", mereka menjawab dengan sikap tinggi hati, 'Akankah kami beriman kepada Al-Qur'an dan kepada Muhammad sebagaimana orang-orang tolol itu-para pengikut Nabi saw.,
orang-orang lemah dari kaum hamba sahaya dan orang-orang miskin, dan orang-orang bodoh yang berakal lemah itu-beriman?!" [Padahal orang yang berakal adalah orang yang melihat jalan kebaikan dan cahaya terbentang di hadapannya lalu dia menyusurinya.) Maka Allah membantah mereka bahwa mereka sendirilah yang terhitung orang bodoh, bukan orang-orang yang mereka cap sebagai orang bodoh tadi. Mereka tidak punya pemahaman yang benar tentang iman, mereka tidak mengerti tentang hakikat dan pengaruhnya. Tentang perusakan dipakai ungkapan yang mana asy-syu'uur (perasaan) artinya menyadari perkara yang samar-samar-sedangkan tentang iman dipakai ungkapan yang mana 'al-ilm artinya keyakinan dan kesesuaian dengan kenyataan-, sebabnya karena perusakan di muka bumi adalah perkara yang dapat diketahui dengan panca indra, akan tetapi mereka tidak punya indra sehingga merasakannya; adapun iman adalah perkara hati, hanya diketahui oleh orang yang mengenal hakikatnya. Iman tidak sempurna kecuali dengan ilmu/pengetahuan yang pasti. Ilmu artinya mengetahui sesuatu sesuai dengan kondisi sesungguhnya. Akan tetapi, mereka tidak punya ilmu pengetahuan hingga mereka mencapai hakikat iman.
FiqH KEHIDUPAN ATAU HUKUM.HUKUM
Memutar-balikkan fakta dan memoleskenyataan adalah ciri para pengecut dan
orang-orang yang lemah. Adapun orang-orang kuat, yaitu orang-orang beriman yang mempergunakan sarana-sarana pengetahuan yang sehat untuk mencapai hakikat segala hal, merekalah yang kekal. Merekalah yang benar-benar mencintai umat manusia. Maka dari itu mereka menyeru umat manusia ini agar memperbaiki perilaku, meluruskan akhlak, teguh di atas prinsip yang benar yang ditunjuk oleh akal dan dituntut oleh fitrah serta dikuatkan oleh bukti-bukti indrawi dan historis.
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa iman bukanlah pernyataan di bibir yang tidak dibarengi dengan keyakinan, sebab Allah Ta'ala telah memberi tahu tentang pengakuan mereka bahwa mereka beriman, dan Dia menafikan sebutan iman bagi mereka dengan firman-Nya.
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا قَالُوٓا ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلٰى شَيٰطِينِهِمْ قَالُوٓا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُونَ
Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, "Kami telah beriman." Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, "Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok."
[QS. Al-Baqara 2:14]
اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِى طُغْيٰنِهِمْ يَعْمَهُونَ
Allah akan memperolok-olokkan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.
[QS. Al-Baqara 2:15]
أُولٰٓئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلٰلَةَ بِالْهُدٰى فَمَا رَبِحَت تِّجٰرَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk.
[QS. Al-Baqara 2:16]
TAFSIR DAN PENJELASAN
Pada masa kenabian, ini adalah salah satu di antara sekian kejadian yang melibatkan kaum munafik dan kaum Yahudi, yang mana mereka seperti setan, bahkan lebih buruk.Kejadian ini tidak dapat dibanggakan, sebab kebenaran akan terungkap tak lama lagi dan fakta akan terlihat jelas. Setiap orang yang berdusta berpengetahuan minim dan berpandangan pendek, tidak memandang masa depan. Apabila mereka telah berada di tempatsepi dengan rekan-rekannya dan para pemimpinnya, mereka saling mendukung dan berkata satu sama lain, "Kami sama dengan kalian." Tetapi bila bertemu orang-orang beriman,mereka menyatakan keimanan mereka. Allah telah mengungkap keadaan mereka, tidak peduli dengan mereka, dan Dia akan memberi mereka balasan yang seberat-beratnya serta membuat mereka tambah bingung dan sesat
dalam segala urusan mereka. Selanjutnya, karena mereka mengabaikan akal dalam memahami Kitabullah dan meninggalkan jalan yang lurus serta menolak bukti-bukti kebenaran agama ini lantaran rasa dengki dan sikap lalim, maka seolah-olah mereka melakukan transaksi yang merugikan, mereka membayar hidayah sebagai harga kesesatan, mereka menjual cahaya dengan kekafiran dan hawa nafsu yang sesat. Mereka tidak beruntung dalam perniagaan ini sebab adzab neraka telah menanti mereka. Ibnu Abbas berkata, "Mereka mengambil kesesatan dan meninggalkan petunjuk hidayah." Artinya, mereka memilih kekafiran dan menukarnya dengan iman. Allah menyebutkannya dengan kata syiraa' (membeli) agar lebih luas maknanya, sebab jual-beli dan perdagangan berpangkal pada tukar-menukar barang, dan bangsa Arab biasa memakai kata ini tentang penukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain. Allah Ta'ala menisbatkan laba kepada perniagaan, sesuai dengan kebiasaan bangsa Arab dalam ucapan mereka: rabiha bai'uka (dagangmu beruntung) dan khasirat shafqatuka (transaksimu merugi), yang maknanya: engkau untung atau rugi dalam perniagaanmu. Mereka tidak mendapat hidayah dalam membeli kesesatan.
FIQIH KEHIDUPAN ATAU HUKUM.HUKUM
Balasan dan hukuman menimpa setiap orang yang menukar kekafiran dengan iman,
menukar kesesatan, kebatilan, kegelapan, dan kebengkokan dengan hidayah, Al-Qur'an, cahaya, dan manhaj yang lurus, sebab mereka menyia-nyiakan modal, yaitu fitrah bersih yang mereka miliki dan kesiapan akal untuk memahami berbagai hakikat. Sudah dimaklumi bahwa manusia mencap pedagang yang rugi, yang menyia-nyiakan seluruh modalnya dan tidak menebus kerugian yang dialaminya itu dalam transaksi lain, bahwa ia dungu, tolol.
Demikian pula halnya orang munafik. Selain itu, yang jadi patokan dalam undang-undang
Al-Qur'an dalam menetapkan benarnya keislaman seseorang adalah ketulusan hati, bukan semata-mata pernyataan di bibir.
Kesimpulan: Allah Ta'ala menyebutkan empat macam keburukan orang-orang munafik. Masing-masing keburukan itu saja cukup untuk menimpakan hukuman terhadap mereka. Keempat macam keburukan itu sebagai berikut.
1. Memperdaya Allah. Penipuan adalah perbuatan yang tercela, dan sesuatu yang ter-
cela harus dibedakan dari yang lainnya agar perkara yang tercela tersebut tidak dikerjakan. Mengadakan perusakan di bumi dengan mengobarkan fitnah, memprovokasi musuh terhadap kaum muslimin, dan menyebarkan desas-desus yang tak benar.Berpaling dari keimanan dan keyakinan yang benar yang tertanam dalam hati, yang selaras dengan perbuatan. Bimbang dan bingung (terombang-ambing) dalam kelaliman dan sikap yang melampaui batas-batas yang wajar dengan cara mengada-ada atas nama kaum mukminin dan mencap mereka sebagai orang dungu, padahal sebenarnya mereka sendirilah yang tolol, sebab orang yang berpaling dari bukti/petunjuk lalu men-cap orang yang berpegang kepadanya sebagai orang tolol maka sesungguhnya dia sendirilah yang tolol; juga karena orang yang menjual akhiratnya dengan imbalan dunia maka dialah orang yang bodoh; juga karena orang yang memusuhi Muhammad saw. berarti memusuhi Allah, dan tindakan demikian hanya dilakukan oleh orang yang bodoh. jadi, kedunguan terbatas pada diri mereka saja. Mereka punya semacam perasaan bahwa mereka terseret ke dalam arus hawa nafsu mereka, tidak mengikuti petunjuk para pendahulu mereka, dan dalam hal keselamatan serta kebahagiaan mereka bertumpu kepada angan-angan dan dalih-dalih palsu, misalnya mereka berkata, "Kami sekali-kali tidlak akan disentuh
oleh api nerakA, kecuali selama beberapa hari Saja." (al-Baqarah: 80) atau berkata,
"Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya." (al-Maa'idah: 18)
yakni umat-Nya yang terPilih.
Komentar
Posting Komentar