Total Pengunjung

Fawatih As-suwar

FAWATIH AS-SUWAR
OLEH
NADYA NURUL HIDAYAH
ALVI MASRUROH

(IAIN SMH BANTEN)

Bab I
Pendahuluan
 1.1 Latar Belakang
            Al- qur’an memiliki banyak cabang ilmu salah satunya adalah ilmu mempelajari huruf-huruf yang digunakan pada pembuka-pembuka surat( fawatih as-suwar). Karena dalam huruf pembuka surat itu terdapat berbagai keistimewaan yang harus dikaji agar kita memahami keindahan yang terdapat pada huruf-huruf pembuka tersebut.
            Kurangnya pemahaman dalam memahami huruf-huruf pembuka surah ini dapat membingungkan pembaca al-qur’an itu sendiri. Termasuk orang-orang awam sehingga kurangnya rasa nikmat dalam mempelajari al-qur’an. Jadi pembahasan tentang fawatih as-suwar tergolong sangatlah penting.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, kita dapat merumuskan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
A.        Apa itu ilmu-ilmu al-qur’an?
B.        Apa itu fawatih as-suwar?
C.        Apa Urgensi mempelajari fawatih as-suwar?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, kita dapat mendapatkan tujuan sebagai berikut:
A.        Untuk mengetahui apa itu ilmu-ilmu al-qur’an?
B.        Untuk mengetahui apa itu fawatih as-suwar?
C.        Untuk mengetahui apa Urgensi mempelajari fawatih as-suwar?







Bab II
Pembahasan
2.1       Ilmu-Ilmu Al-Qur’an
            Al-qur’an adalah sebuah kalam ilahi yang sangat istimewa, karena selain sebagai petunjuk umat manusia dalam menjalankan hidup di dunia ini terdapat juga ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup umat manusia dan persiapan manusia untuk menuju ke alam akhirat nanti.
Menurut al-sayuthi (t.t: 3) berkata:
“ sekalipun ilmu-ilmu ini sudah banyak jumlahnya dan tersebar di timur dan di barat jauhnya,maka ujung-ujungnya adalah bagaikan lautan samudra yang tidak bisa diketahui kedalamannya, atau bagaikan gunung besar tinggi, dimana orang tidak sanggup untuk mencapai puncaknya. Oleh karena itu pintu ilmu ini selalu terbuka bagi setiap ulama yang datang kemudian untuk memasuki apa-apa/persoalan-persoalan yang belum terjamah dan tertinggal pengkodifikasiannya oleh para ulama terdahulu karena beberapa sebab sehingga nanti diakhir masa ilmu inin dapat dihiasi/dibenahi dengan sebaik-baik perhiasan/pembenahan”.
            Ulum al-Qur’an yang disusun oleh para ulama tidak sama jumlah ilmu-ilmu al-Qur’an yang dibahas didalamnya. Hal ini dapat dimengerti karena setiap ulama memilki ragam dasar pemikiran berdasarkan kompetensi ulama tersebut dalam memahaminya. Tapi secara umum ilmu-ilmu al-Qur’an terbagi menjadi dua bagian:
            Pertama: ilmu riwayah, yaitu ilmu-ilmu al-Qur’an yang diperoleh dengan dan melalui jalan riwayat. Artinya dengan cara menceritakan kembali atau mengutip/mensitir dari apa yang telah ada dalam riwayat-riwayat, misalnya tentang macam-macam qira’at(bacaan), tempat turunnya ayat, waktu turunnya dan sebab-sebab turunnya.
            Kedua: Ilmu dirayah, yaitu ilmu-ilmu al-Qur’an yang bersifat ijtihadi, yang dhasilkan dengan jalan pembahasan, perenungan, dan penelitian,  misalnya pengetahuan tentang lafazh-lafazh yang gharib, ayat-ayat yang nasikh dan yang mansukh, tentang I’jaz al-Qur’an dan sebagainya.
            Menurut Hasbi Ash- Shiddieqy (1965:93-96) ada tujuh belas cabang pokok bahasan ‘Ulum al-Qur’an yang perlu dikaji oleh mereka yang hendak menafsirkan al-Qur’an atau menterjemahkannya yaitu:
1. Ilmu Mawathin al-Nuzul
            Ilmu ini menerangkan tempat-tempat turun ayat, masanya,awalnya, dan akhirnya. Diantara kitab yang membahas masalah ini ialah al-Itqan Fi ‘Ulum al-Qur’an

2. Ilmu Tawarikh al-Nuzul
            Ilmu ini menerangkan masa turun ayat dan urutan turunnya, satu demi satu dari awal turunnya sampai akhirnya dan urutan turun surat dengan sempurna.
3.  Ilmu Asbab al-Nuzul
            Ilmu ini menerangkan sebab-sebab turun ayat.
4. Ilmu Qira’at
            Ilmu menerangkan macam-macam Qira’at yang diterima oleh Rasulullah SAW.
5. Ilmu Tajwid
            Ilmu ini menerangkan bagaimana cara membaca al-Qur’an yang benar.
6. Ilmu Gharib al-Qur’an
            Ilmu ini menerangkan makna kata-kata yang ganjil dan tidak terdapat di kamus bahasa Arab yang biasa atau percakapan sehari-sehari.
7. Ilmu I’rab Al-Qur’an
            Ilmu ini menerangkan baris kata-kata dan kedudukannya dalam susunan kalimat
8. Ilmu Wujuh wa Al-Nazhair
            Ilmu ini menerangkan kata-kata al-Qur’an Yang mengandung banyak arti dan menerangkan makna yang dimaksud pada tempat tertentu.
9. Ilmu Ma’rifah al-Muhkam Wa al-Mutasyabih
            Ilmu ini menjelaskan ayat-ayat yang dipandang Muhkam (jelas maknanya) dan yang mutasyabih (samar maknanya) sehingga perlu di ta’wil
10. Ilmu Nasikh Wa al-Mansukh
            Ilmu ini menerangkan ayat-ayat yang dianggap mansukh oleh sebagian mufassir.
11. Ilmu Bada’i al-Qur’an
            Ilmu ini mengemukakan keindahan-keindahan yang terdapat dalam al-Qur’an dari segi kesusasteraan, keanehan-keanehan, dan ketinggian balaghahnya.
12. Ilmu I’jaz al-Qur’an
            Ilmu ini menerangkan kekuatan susunan dan kandungan ayat-ayat al-Qur’an sehingga dapat ,elemahkan sastrawan-sastrawan arab.

13. Ilmu Ilmu Tanasub al-Qur’an
            Ilmu ini menerangkan persesuaian antara suatu ayat dan ayat yang di depan dan yang di belakangnya.
14. Ilmu Aqsam al-Qur’an
            Ilmu yang menerangkan tentang maksud-maksud sumpah-sympah allah yang terdapat di al-Qur’an
15. Ilmu Amtsal Al-Qur’an
            Ilmu ini menerangkan maksud dari perumpamaan yang terdapat di al-Qur’an
16. Ilmu Jidal al-Qur’an
            Ilmu ini menerangkan bentuk dan cara berdebat dan bantahan al-Qur’an yang dihadapkan kepada kaum musyrik yang tidak bersedia menerima kebenaran dari Tuhan.
17. Ilmu Adab Tilawat al-Qur’an
            Ilmu ini menjelaskan tentang tata cara yang harud diikuti orang ketika membaca al-Qur’an.

2.2  Pengertian Fawatih al-Suwar
Fawatih as-suwar termasuk dalam Ilmu Ma’rifah al-Muhkam Wa al-Mutasyabih karena ayat-ayat yang terdapat pada fawatih as-suwar adalah ayat-ayat yang rata-rata memiliki makna yang masih samar.
Dari segi bahasa, fawatihus suwar berarti pembukaan-pembukaan surat, karena posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks pada suatu surat. Apabila dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah, huruf cenderung ‘menyendiri’ dan tidak bergabung membentuk suatu kalimat secara kebahasaan. Dari segi pembacaannya pun, tidaklah berbeda dari lafazh yang diucapkan pada huruf hijaiyah.
Ibnu Abi Al Asba’ menulis sebuah kitab yang secara mendalam membahas tentang bab ini, yaitu kitab Al-Khaqathir Al-Sawanih fi Asrar Al-Fawatih. Ia mencoba menggambarkan tentang beberapa kategori dari pembukaan-pembukaan surat yang ada di dalam Al-Quran. Pembagian karakter pembukaannya adalah sebagai berikut. Pertama, pujian terhadap Allah swt yang dinisbahkan kepada sifat-sifat kesempurnaan Tuhan. Kedua, yang menggunakan huruf-huruf hijaiyah; terdapat pada 29 surat. ketiga, dengan mempergunakan kata seru (ahrufun nida), terdapat dalam sepuluh surat. lima seruan ditujukan kepada Rasul secara khusus. Dan lima yang lain ditujukan kepada umat. Keempat, kalimat berita (jumlah khabariyah); terdapat dalam 23 surat. kelima, dalam bentuk sumpah (Al-Aqsam); terdapat dalam 15 surat.
      2. Macam-macam fawatih al-suwar
Beberapa ulama telah melakukan penelitian tentang pembukaan surat Alquran, diantaranya sebagai yang dilakukan al-Qasthalani. Ia mengiventarisir Fawatih al-Suwar menjadi sepuluh macam. Sementara Ibn Abi al-Isba dalam kitabnya al-Khaqatir al-Sawanih fi Asrar Fawatih, hanya menyebutkan lima saja.
a. Pembukan dengan pujian kepada Allah (al-istiftah bi al-tsana).
               Pujian kepada Allah ada dua macam, yaitu:
1) Menetapkan sifat-sifat terpuji kepada Allah (al-itsbat shifat al-madhiy)    dengan menggunakan salah satu lafal berikut.
a) Memakai lafal hamdalah, yakni dibuka dengan (الحمد لله), yang terdapat dalam 5 surat.
b) Memakai lafal (تبارك), yang terdapat dalam 2 surat.
2) Mensucikan Allah dari sifat-sifat negatif (tanzih ‘an sifat naqshim) dengan menggunakan lafal tasbih, (يسبح\سبح\سبح\سبحن) sebagai yang terdapat dalam 7 surat.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata masing-masing surat tersebut menetapkan sifat-sifat yang negatif. Surat-sufat yang diawali dengan pujian ini memiliki tasbih itu merupakan monopoli Allah. Dalam hal ini, tasbih dimulai dengan mashdar dan selanjutnya diikuti dengan fi’il. Ini semua dimaksudkan agar mencakup seluruh tasbih, sekaligus menunjukkan betapa ajaibnya Al-Quran itu.
b. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (Istiftah bi al-huruf al-muqatha’ah).
              Pembukan dengan huruf-huruf ini  terdapat  dalam 29  surat dengan memakai 14      huruf tanpa diulang, yakni (ا\ي\هـ\ن\م\ل\ك\ق\ع\ك\ص\س\ر\     Penggunan huruf-huruf tersebut dalam pembukaan surat-surat Alquran disusun dalam 14 rangkaian, yang terdiri dari kelompok berikut:
1) Kelompok sederhana, terdiri dari satu huruf, terdapat dalam 3 surat, yakni (ص) (QS. Shad); (ق) (QS. Qaf); dan (ن) (QS. Nun).
2) Kelompok yang terdiri dari dua huruf, tedapat dalam 3 surat, yakni (حم) (QS. Al-Mu’min; QS. Al-Sajdah; QS. Al-Zukhruf, QS. Al-Dukhan; QS. Al-Jatsiyah; dan QS.Al-Ahkaf; (طه) (QS. Thaha); (طس) (QS. Al-Naml); dan (يس) (QS. Yasin).
3) Kelompok yang terdiri dari tiga huruf, yakni (الم) QS. Al-Bqarah, QS. Ali     Imran, QS. Al-Ankabut, QS. Al-Rum, QS. Luqman dan QS. Al-Sajdah).
4) Kelompok yang terdiri dari empat huruf, yakni (الر) (QS. Al-Ra’ad) dan (المص) (QS. Al-A’raf). Kelompok yang terdiri dari lima huruf, yakni rangkaian ((كهيعص (QS. Maryam) dan (حم عسق) (QS. Al-Syuara).
c. Pembukaan dengan panggilan (al-istiftah bi al-nida).
             Nida ini ada tiga macam, yaitu nida’ untuk nabi, nida untuk  kaum mukminin dan
              nida untuk umat manusia.            .
d. Pembukaan dengan kalimat (jumlah) khabariah (al-istiftah bi al-jumal al-khabariayyah).
                Jumlah khabariyyah di dalam pembukaan surat ada dua macam, yaitu:
1) Jumlah ismiyyah
                  Jumlah ismiyyah yang menjadi pembuka surat terdapat 11 surat, yaitu: (a) (براءة من الله ورسوله) (Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan rasul-Nya (QS. Al-Taubah). (b) (سورة انزلناها وفرضناها) (ini adalah) satu surat yang Kami nuzulkan dan kami wajibkan (QS. Al-Nur); (c) (تنزيل الكتاب من الله العزيز الحكيم) /Kitab Alquran ini dinuzulkan oleh Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. Al-Zumar); (d) (الذين كفروا زصلوا عن سبيل الله) (orang-orang kafir dan menghalang-halangi (manusia), dari jalan Allah), (QS. Muhammad); (e) (ان فتحنالك فتحا مبينا) / Sunngguh kami telah, memberikan keapdamu kemenangan yang nyata (QS. Al-Fath); (f) (الرحمان علم القران) /Alah Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan, (QS. Al-Rahman); (g) (الحاقة ماالحاقة) / Kiamat, apakah hari kiamat itu? (QS. Al-Haqqa); (h) (ان ارسلنانوحا الي قوم) /Sungguh telah mengutus Nuh kepada kaumnya (QS. Nuh) ; (i) (انا انزلنه في ليلة القدر) /Sungguh telah menurunkannya (Alquran) pada malam al-Qadr (QS. Al-Qadr); QS. Al-Qadr; (j) (القارعة ما القارعة) /Hari Kiamat, apakah Hari kiamat itu?(QS. Al-Qari’ah); (k) (انا اعطيناك الكوثر) /Sungguh kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak (QS. Al-Kawtsar).
2) Jumlah fi’liyah
              Jumlah fi’liyah yang menjadi pembuka surat-surat Alquran terdapat dalam 12 surat, yaitu (a) (يسئلونك عن الانفال) /Mereka bertanya kepadamu tentang pendistribusian harta rampasan perang (QS. Al-Anfal); (b) (اتي امرالله فلا تستعجلوه) /Telah pasti datangnya ketetapan Allah itu, maka janganlah minta disegerakan (QS. Al-Nahl), (c). (اقترب للناس حسابهم) /Telah dekat datangnya saat itu (QS. Al-Qamar); (d) (قدافلل المئمنون) /Sungguh beruntung orang-orang yang beriman (QS. Al-Mukminun; (e) (اقتربت الساعة) /telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalam mereka (QS. Al-Anbiya); (f) (قدسمع الله قول التي تجادلك) /Seseorang telah meminta kedatangan azab yang akan menimpanya (QS. Al-Ma’arij); (g) (لاقسم بيوم القيامة) /Aku bersumpah dengan hari kiamat (QS. Al-Qiyamah); (h) (لااقسم بهذا البلاد) /Aku bersumpah dengan kota ini, Makkah (QS. Balad); (i) (عبس وتولي) /Dia (Muhammad) bermuka Masam dan berpaling (QS. ‘Abasa) (j) (لم يكن الذين كفروا من اهل الكتاب) /Dia Orang-orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan agamanya (QS. Al-Bayyinah); (k) (الهاكمتكاثر) /Bermegah-megahan telah melalaikan kamu (QS. Al-Takatsur).
                Adapun hikmah dan rahasia adanya pembukaan surat-surat dengan nida’ yaitu untuk memberi perhatian dan peringatan, baik bagi Nabi, umatnya, maupun untuk menjadi pedoman kehidupan ini.
e. Pembukaan dengan sumpa (al-istiftah bi al-qasam).
               Sumpah yang digunakan dalam pembukaan surat Al-quran ada tiga macam dan terdapat dalam 15 surat.
1) Sumpah dengan benda-benda angkasa, misalnya (والصفات) (Demi rombongan yang bersaf-saf) dalam QS. Al-Shaffat; (والنجم) (Demi bintang) dalam surat al-Najm; (زالمرسلات) (Demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa) dalam QS. Al-Nai’at; (والسماء ذات البروج) (Demi lagit yang memiliki gugusan bintang) dalam QS. Al-Buruj; (والسماء و الطارق) (Demi langit dan yang datang pada malam harinya) dalam QS al-Thariq; (والفجروليال عشر) (Demi fajar dan malam yang sepuluh) dalam QS. Al-Fajr; dan (والشمس والضحها) (Demi matahari dan cahanyanya di waktu duha) dalam QS. Al-Syams.
2) Sumpah dengan benda-benda bawah, misalnya (والذاريات ذروا) (Demi angin yang menerbangkan debu dengan sekuat-keuatnya) dalam QS. Al-Dzariyyat; (والطور) (Demi bukit Thur) dalam QS. Al-Thur; (والتين) (Demi buah Tin) dalam QS. Al-Thin; (والعاديت) (Demi kuda perang yang berlari kencang) dalam QS. Al-‘Adiyat.
3) Sumpah dengan waktu, misalnya (واليل) (Demi malam) dalam QS. Al-Layl; (والضحي) (Demi waktu duha) dalam QS. Al-Dhuha; (والعصر) (Demi waktu) dalam QS. Al-Ashr.

                 Hikmah dari fawatih al suwar dengan sumpah ini, pertama, agar manusia meneladani sikap bertanggung jawab; berbicara harus benar dan jujur dan berani berbicara untuk menegakkan keadilan; kedua, agar dalam bersumpah manusia harus senantiasa memakai nama-nama Allah bukan selain-Nya; ketiga, digunakannya beberapa benda sebagai sumpah Allah dimaksudkan agar benda-benda itu diperhatikan manusia dalam rangka mendekatkan diri keapda Allah, karena pada dasarnya, benda-benda itu ciptaan Allah.
f. Pembukaan dengan syarat (al-istiftah bi al-syarth).
               Syarat yang digunakan dalam pembukaan surat Al-Quran ada dua macam dan digunakan dalam 7 surat, yakni: (1) (اذالشمس كورت) / Apabila matahari digulung dalam QS. Al-Takwir; (2) (اذالشماء انفطرت) /Apabila langit terbelah, dalam QS. Al-Infithar; (3) (اذالشماء انشقت) /Apabila langit terbelah, dalam QS. Al-Insyiqaq, (4) (اذا واقعت الواقعة) /Apabila terjadi hari kiamat , dalam QS. Al-Waqi’ah; (5) (اذاجاءك المنافقون) /Apabila orang-orang munafik datang kepedamu, dalam QS. Al-Munafiqun; (6) (اذا زلزلت الارض زلزالها) /Apabila bumi dogoncangkan dengan goncangan yang dahsyat, dalam QS. Al-Zaljalah; (7) (اذاجاءنصرالله والفتح) /Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dalam QS. Al-Nashr.
g. Pembukaan dengan kata kerja perintah (al-istiftah bi al-amr)
1) Dengan (اقرأ) bacalah, yang hanya terdapat dalam QS. Al-Alaq
2) Dengan (قل) katakanlah, yang terdapat dalam QS al-Jin, QS. Al-Kafirun, QS. Al-Falaq dan QS. Al-Nas.
h. Pembukaan dengan pertanyaan (al-istiftah bi al-istifham)
Bentuk pertanyaan ini ada dua macam yaitu:
1) Pertanyaan, positif yang pertanyaan dengan menggunakan kalimat positif. Pertanyaan ini digunakan dalam 4 pendahuluan surat Alquran, yaitu: (هل اتي علي الانسان حين من الدهر) Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa dalam QS. Al-Dahr, (عم يتساءلون . عن البإالعجيم) Tentang apakah mereka saling bertanya tentang berita yang besar, dalam QS al-Naba, (هل اتاك حديث الغاشية) Sudah datangkah kepadamu berita tentang hari pembalasan? Dalam QS. Al-Ghasyiyah, (ارايت الذي يكذب بالدين) Tahukah kamu orang-orang yang mendustakan agama? Dalam QS. Al-Ma’un.
2) Pertanyaan negatif, yaitu pertanyaan dengan menggunakan kalimat; negatif, yang hanya terdapat dalam dua surat, yakni (الم نشرح لك صدرك) Bukankah kami telah melapangkan dadamu untukmu, dalam QS. Al-Insyirah dan (الم تركيف فعل ربك بأصحب الفيل) Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah dalam QS. Al-Fil.
i. Pembukaan dengan doa (al-istiftah bi al-du’a)
  Pembukan dengan doa ini terdapat dalam tiga surat. Yaitu:, (ويل لكل همزةلمزة) Kecelakaan bagi setiap pengumpat lagi pencela dalam QS. Al-Humazah, (تبت يدا ابي لهب وتب) Binasalah tangan Abu Lahab dan sungguh dia akan binasa dalam QS. Al-lahab.
j. Pembukaan dengan alasan (al-istiftah bi al-ta’lil)
            Pembukan  dengan  alasan ini  hanya   terdapat   dalam QS.   Al-Quraisy (لإيلف قريش) Karena kebiasaan orang-orang Quraisy..
B. Kedudukan Pembuka Surat Al-Quran
               Menurut As-Suyuti, pembukaan-pembukaan surat (awail Al-suwar) atau huruf-huruf potongan (Al-huruf Al-Muqatta’ah) ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat. Sebagai ayat-ayat mutasyabihat, para ulama berbeda pendapat lagi dalam memahami dan menafsirkannya. Dalam hal ini pendapat para ulama pada pokoknya terbagi dua. Pertama, pertama ulama yang memahaminya sebagai rahasia yang hanya diketahui oleh Allah. As-Suyuti memandang pendapat ini sebagai pendapat yang mukhtar (terpilih). Ibnu Al-Munzir meriwayatkan bahwa ketika Al-Syabi ditanya tentang pembukaan-pembukaan surat ini berkata;
ان لكل كتاب صفوة وصفوة هذا الكتاب حرزف التهجي
               Artinya:   “Sesungguhnya bagi setiap kitab ada sari patinya, dan sari patiKitab (Al-Quran) ini adalah huruf-huruf ejaannya”.
                Abu Bakar juga diriwayatkan pernah berkata:
في كل كتاب سر وسره في القران اوائل السور
               Artinya:“Pada setiap kitab ada rahasia, dan rahasianya dalam Al-Quran adalah permulaan-permulaan suratnya”.
               Kedua, pendapat yang memandang huruf-huruf di awal surat-surat ini sebagai huruf-huruf yang mengandung pengertian yang dapat dipahami oleh manusia. Karena itu penganut pendapat ini memberikan pengertian dan penafsiran kepada huruf-huruf tersebut.
             Dengan keterangan di atas, jelas bahwa pembukaan-pembukaan surat ada 29 macam yang terdiri dari tiga belas bentuk. Huruf yang paliang banyak terdapat dalam pembukaan-pembukaan ini adalah huruf Alif (ا) dan lam (ل), kemudian Mim (م), dan seterusnya secara berurutan huruf Ha (ح), Ra (ر), Sin (س) Ta (ط), Sad (ص), Ha (ه), dan Ya’ (ي), ‘Ain (ع) dan Qaf (ق), dan akhirnya Kaf (ك), dan Nun (ن).
              Seluruh huruf yang terdapat dalam pembukaan-pembukaan surat ini dengan tanpa berulang berjumlah 14 huruf atau separuh dari jumlah keseluruhan huruf ejaan. Karena itu, para mufassir berkata bahwa pembukaan-pembukaan ini disebutkan untuk menunjukkan kepada bangsa Arab akan kelemahan mereka. Meskipun Al-Quran tersusun dari huruf-huruf ejaan yang mereka kenal, sebagiannya datang dalam AlQuran dalam bentuk satu huruf saja dan lainnya dalam bentuk yang tersusun dari beberapa huruf, namun mereka tidak mampu membuat kitab yang dapat menandinginya. Pendapat ini telah dijelaskan secara panjang lebar oleh Al-Zamakhsari (wafat 538 H) dan Al-Baidhawi (wafat 728 H). pendapat ini dikuatkan oleh Ibn Taimiyah (wafat 728 H) dan muridnya, Al-Mizzi (wafat 742 H). Mereka menguraikan tantangan Al-Quran di turunkan dalam bahasa Mereka sendiri. Akan tetapi, mereka tidak mampu membuat kitab yang menyerupainya. Hal ini menunjukkan kelemahan mereka di hadapan Al-Quran dan membuat mereka tertarik untuk mempelajarinya.
Berikut ini dikemukakan beberapa riwayat dan pendapat ulama:
           1.“Dari Ibn Abbas tentang firman Allah: (الم), berkata Ibn Abbas:” Aku Allah lebih mengetahui”, tentang (المص) berkata Ibn Abbas:” Aku Allah akan memperinci”, dan tentang (الر) berkata Ibn Abbas: “Aku Allah melihat”. (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim dari jalan Abu Al-Duha).
             2. “Dari Ibn Abbas, berkata ia: “alif lam ra, ha’mim, dan nun adalah huruf-huruf al-Rahman yang dipisahkan (dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim dari jalan Ikrimah)”.
             3. “Dari Ibn Abbas tentang Kaf, Ha’, Ya’ Ain, Sad, berkata ia: “Kaf dari Karim (pemurah). Ha dari Hadin (pemberi petunjuk), Ya, dari Hakim (bijaksana), ‘Ain dari ‘Alim (Maha Mengetahui), dan Sad dari Sadiq (yang benar). (Dikeluarkan oleh Al-Hakim dan lainnya dari jalan Sa’id Ibn Jubair)
             4.“Dari Salim Abd Ibn Abdillah berkata ia: (حم، الم) dan (ن) dan seumpamanya adalah nama Allah yang dipotong-potong”, (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim).
             Dari Al-Saddiy, ia berkata: “Pembukaan-pembukaan surat adalah nama dari nama-nama Tuhan Jalla Jalaluh yang dipisah-pisah dalam Al-Quran”. (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim).
             Dari Ibn Abbas, berkata ia: (ص، طسم، الم) dan yang seumpamanya adalah sumpah yang Allah bersumpah dengannya, dan merupakan nama-nama Allah juga”.(Dikeluarkan oleh Ibn Jarir dan lainya dari jalan Ali Ibn Abi Talhah).
            Ada pendapat mengatakan bahwa huruf-huruf itu adalah nama-nama bagi Al-Quran, seperti Al-Furqan dan Al-Zikir. Pendapat lain mengatakan bahwa huruf-huruf tersebut adalah pembuka bagi surat-surat Al-Quran sebagaimana hanya qasidah sering diawali dengan kata (بل) dan (لا).
            Dikatakan juga huruf-huruf ini merupakan peringatan-peringatan (tanbihat) sebagaimana halnya dalam panggilan (nida). Akan tetapi, di sini tidak digunakan kata-kata yang biasa digunakan dalam bahasa Arab, seperti (ألا) dan (أما) karena kata-kata ini termasuk lafal yang sudah biasa dipakai dalam percakapan. Sedangkan al-Quran adalah kalam yang tidak sama dengan kalam yang biasa sehingga digunakan alif (ا).           Sebagai peringatan (tanbih) lebih terkesan kepada pendengar. Yang belum pernah digunakan sama sekali sehingga lebih terkesan kepada pendengar.
           Dalam hubungan ini sebagian ulam memandangnya peringatan (tanbih) kepada rasul agar dalam waktu-waktu kesibukannya dengan urusan manusia berpaling kepada Jibril untuk mendengarkan ayat-ayat yang akan disampaikan kepadanya. Sebagian yang lain memandangnya sebagai peringatan (tanbih) kepada orang-orang Arab agar mereka tertarik mendengarkannya dan hati mereka menjadi lunak kepadanya. Tampaknya, pandangan yang pertama kurang tepat karena Rasul sebagai utusan Allah dan yang terus-menerus merindukan wahyu tidak perlu diberi peringatan. Sedangkan pandangan yang kedua adalah lebih kuat karena orang-orang Arab yang selalu bertingkah, keras hati dan enggan mendengarkan ketenaran perlu diberi peringatan (tanbih) agar perhatian mereka tertuju kepada ayat-ayat yang disampaikan.
            Di katakana juga bahwa Thaha (طه) dan Yasin (يس) berarti hai laki-laki atau hai Muhammad atau hai manusia. Pendapat lain memandang kedua Thaha (طه) dan Yasin (يس) sebagai nama bagi Nabi Saw.
C. Pendapat Para Ulama Tentang Huruf Hijaiyah Pembuka Surat
             Para ulama yang membicarakan masalah ini ada yang berani menafsirkannya, di mana huruf-huruf itu merupaka rahasia yang hanya Allah sendiri yang mengetahui-Nya.
1. Az-Zamarksyari berkata dalam tafsirnya “Al-Qasysyaf” huruf-huruf ini   ada beberapa pendapat yaitu:
a. Merupakan nama surat
b. Sumpah Allah
c. Supaya menarik perhatian orang yang mendengarkannya, As-Sayuti menukilkan pendapat Ibnu Abbas tentang huruf tersebut sebagai berikut:
(الم) berarti (انا الله اعلم), (المص) berarti (انا الله اعلم و افصل), (الر) berarti (انا الله اري), (كهيعص) diambil dari (كريم – هاد – حكيم – عليم – صادق) juga    berarti (كان – هاد – تمين – عالم – صادق) Adh Dhahak berpendapat bahwa (الر)     ialah: اناالله اعلم وارفع
              dikatakan pendapat hanyalah dugaan belaka. Kemudian As-Suyuti menerangkan bahwa hal itu merupakan rahasia yang hanya Allah sendiri yang mengetahuinya.
2. al-Quwaibi mengatakan bahwasanya kalimat itu merupakan tanbih bagi Nabi, mungkin pada suatu saat Nabi dalam keadaan sibuk, maka Allah menyuruh Jibril untuk memberikan perhatian terhadap apa yang disampaikan kepadanya.
3. As-Sayid Rasyid Ridha tidak membenarkan Al-Quwaibi di atas, karena Nabi senantiasa dalam keadaan sadar dan senantiasa menanti kedatangan wahyu  Rasyid Ridha berpendapat sesuai dengan Ar-Razi, bahwa tanbih ini sebenarnya dihadapkan kepada orang-orang Musyrik Mekkah dan Ahli Kitab Madinah. Karena orang-orang kafir apabila Nabi membacakan Al-Quran mereka satu sama lain menganjurkan untuk tidak mendengarkannya.
Disebut dalam surat Fusilat ayat 26:

              Artinya:   “Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran Ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka“. (QS. Fusyilat: 26)
4. Ulama salaf berpendapat bahwa “Fawatih Suwar” telah disusun semenjak zaman azali sedemikian rupa supaya melengkapi segala yang melemahkan manusia dari mendatangkannya seperti Al-Quran.
            Oleh karena i’tiqad bahwa huruf-huruf ini telah sedemikian dari azalinya, maka banyaklah orang yang tidak berani mentafsirkannya dan tidak berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap huruf-huruf itu. Huruf-huruf itu dipandang masuk golongan mutasyabihat yang hanya Allah sendiri yang mengetahui tafsirnya. Huruf-huruf itu, sebagai yang pernah ditegaskan oleh Asy-Syabi, ialah rahasia dari pada Al-Quran ini.
2.3       Urgensi Studi Fawatihus Suwar
            Al-Qur’an  memiliki  banyak  keistimewaan  dari  segi  makna   dan    kebahasaan. Fawatihus Suwar merupakan salah satu realitas keistimewaan  misterius  yang  terdapat di dalam Al_Qur’an . Pemaparan tentang fawatihus Suwar, khusunya menyangkut Al-Huruf Al Muqotta’ah, tidak banyak  bahkan  hampir  tidak  ada  yang  berhasil  mengungkapkan latar belakang  ataupun   keterangan  yang  valid  yang  secara  historis  bisa  membuktikn hubungan – hubungan   fawaitus     suwar.  Dari   segi    makna,   memang   banyak  sekali penafsiran – penafsiran spekulatif terhadap  huruf-huruf itu. Dikatakan  spekulatif, karena penafsiran-penafsiran mengenai hal itu tidak didahului pengungkapan konteks historisnya. Lain halnya dengan Fawatihus  Suwar  dalam  bentuk lain  misalnya Al Qosam (sumpah), An Nida’ (seruan), Al Amr (perintah),Al Istifham (pertanyaan) dan lain -lain.
            Urgensi telaah terhadap fawatihus  suwar  tidak  terlepas  dari  konteks  penafsiran Al-Qur’an. Pengggalian – penggalian makna yang terlebih dahulu melalui karakter bab ini, akan memberikan nuansa tersendiri, baik yang didasarkan pada data historis yang konkrit ataupunpenafsiran yang menduga – duga. Lebih dari   itu  tentu  saja  kita  tetap  meyakini eksistensi  Al-Qur’an,   kebesarannya,   keagungannya,   juga   rahasia     kemu’jizatannya.
Banyak   sekali  urgensi  yang   kita   dapat  dalam  mengkaji  Fawatih  al-Suwar  Adapun sebagian dari urgensinya sebagai berikut:
   1. Sebagai  Tanbih  ( peringatan ) dan  dapat   memberikan   perhatian   baik   bagi nabi,  maupun   umatnya   dan   dapat menjadi     pedoman  bagi   kehidapan ini.
  2. Sebagai pengetahuan bagi kita  yang   senantiasa   mengkajinya   bahwa   dalam fawatih as-suwar banyak sekali  hal-hal  yang  mengandung  rahasia – rahasia Allah  yang kita tidak dapat mengetahuinya,
 3. Sebagai motivasi untuk selalu mancari ilmu dan mendekatkan diri kepada  Allah swt. Untuk menghilangkan keraguan terhadap al-Qur,an terutama bagi kaum islimin yang masih lemah imannya karena sangat mudah   terpengaruh  oleh  perkataan  musuh -musuh islam yang mengatakan bahwa al-qur’an itu adalah buatan Muhammad. Dengan mengkaji Fawatih al-Suwar kita akan merasakan terhadap keindahan   bahasa  al-Qur’an itu  sendiri bahwa al-Qur’an itu datang dari Allah swt.














Bab III
Kesimpulan dan Saran
3.1       Kesimpulan
Fawatih as-suwar termasuk dalam Ilmu Ma’rifah al-Muhkam Wa al-Mutasyabih karena ayat-ayat yang terdapat pada fawatih as-suwar adalah ayat-ayat yang rata-rata memiliki makna yang masih samar.
Dari segi bahasa, fawatihus suwar berarti pembukaan-pembukaan surat, karena posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks pada suatu surat. Apabila dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah, huruf cenderung ‘menyendiri’ dan tidak bergabung membentuk suatu kalimat secara kebahasaan. Dari segi pembacaannya pun, tidaklah berbeda dari lafazh yang diucapkan pada huruf hijaiyah.
Ibnu Abi Al Asba’ menulis sebuah kitab yang secara mendalam membahas tentang bab ini, yaitu kitab Al-Khaqathir Al-Sawanih fi Asrar Al-Fawatih. Ia mencoba menggambarkan tentang beberapa kategori dari pembukaan-pembukaan surat yang ada di dalam Al-Quran. Pembagian karakter pembukaannya adalah sebagai berikut. Pertama, pujian terhadap Allah swt yang dinisbahkan kepada sifat-sifat kesempurnaan Tuhan. Kedua, yang menggunakan huruf-huruf hijaiyah; terdapat pada 29 surat. ketiga, dengan mempergunakan kata seru (ahrufun nida), terdapat dalam sepuluh surat. lima seruan ditujukan kepada Rasul secara khusus. Dan lima yang lain ditujukan kepada umat. Keempat, kalimat berita (jumlah khabariyah); terdapat dalam 23 surat. kelima, dalam bentuk sumpah (Al-Aqsam); terdapat dalam 15 surat.
Banyak   sekali  urgensi  yang   kita   dapat  dalam  mengkaji  Fawatih  al-Suwar  Adapun sebagian dari urgensinya sebagai berikut:
   1. Sebagai  Tanbih  ( peringatan ) dan  dapat   memberikan   perhatian   baik   bagi nabi,  maupun   umatnya   dan   dapat menjadi     pedoman  bagi   kehidapan ini.
  2. Sebagai pengetahuan bagi kita  yang   senantiasa   mengkajinya   bahwa   dalam fawatih as-suwar banyak sekali  hal-hal  yang  mengandung  rahasia – rahasia Allah  yang kita tidak dapat mengetahuinya,
 3. Sebagai motivasi untuk selalu mancari ilmu dan mendekatkan diri kepada  Allah swt. Untuk menghilangkan keraguan terhadap al-Qur,an terutama bagi kaum islimin yang masih lemah imannya karena sangat mudah   terpengaruh  oleh  perkataan  musuh -musuh islam yang mengatakan bahwa al-qur’an itu adalah buatan Muhammad. Dengan mengkaji Fawatih al-Suwar kita akan merasakan terhadap keindahan   bahasa  al-Qur’an itu  sendiri bahwa al-Qur’an itu datang dari Allah swt.


3.2       Saran
            Pengkajian terhadap studi fawatih as-suwar perlu diperdalam lagi karena jika terjadi kesalahpahaman terhadap pembaca yang sedang mempelajari studi tentang al-Qur’an bisa menimbulkan kesesatan yang nyata. Terutama pengkajian ini harus dilakukan oleh kalangan yang memiliki ilmu lebih dalam serta sudah menguasai banyak literatur tentang al-Qur’an agar tidak terjadi salah penafsiran.


Daftar pustaka

Abd Chalik, Chaerudji. 2013. Ulum Al-Qur’an. Jakarta: Hartomo Media Pustaka

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer

Keutamaan Taubat: Tanqihul Qaul

Keutamaan Nikah: Tanqihul Qaul