FAWATIH AS-SUWAR
OLEH
NADYA NURUL HIDAYAH
ALVI MASRUROH
(IAIN SMH BANTEN)
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Al-
qur’an memiliki banyak cabang ilmu salah satunya adalah ilmu mempelajari
huruf-huruf yang digunakan pada pembuka-pembuka surat( fawatih as-suwar).
Karena dalam huruf pembuka surat itu terdapat berbagai keistimewaan yang harus
dikaji agar kita memahami keindahan yang terdapat pada huruf-huruf pembuka
tersebut.
Kurangnya
pemahaman dalam memahami huruf-huruf pembuka surah ini dapat membingungkan
pembaca al-qur’an itu sendiri. Termasuk orang-orang awam sehingga kurangnya
rasa nikmat dalam mempelajari al-qur’an. Jadi pembahasan tentang fawatih
as-suwar tergolong sangatlah penting.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, kita
dapat merumuskan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
A. Apa
itu ilmu-ilmu al-qur’an?
B. Apa
itu fawatih as-suwar?
C. Apa
Urgensi mempelajari fawatih as-suwar?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, kita
dapat mendapatkan tujuan sebagai berikut:
A. Untuk
mengetahui apa itu ilmu-ilmu al-qur’an?
B. Untuk
mengetahui apa itu fawatih as-suwar?
C. Untuk
mengetahui apa Urgensi mempelajari fawatih as-suwar?
Bab II
Pembahasan
2.1 Ilmu-Ilmu
Al-Qur’an
Al-qur’an
adalah sebuah kalam ilahi yang sangat istimewa, karena selain sebagai petunjuk
umat manusia dalam menjalankan hidup di dunia ini terdapat juga ilmu-ilmu yang
sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup umat manusia dan persiapan manusia
untuk menuju ke alam akhirat nanti.
Menurut al-sayuthi (t.t: 3) berkata:
“ sekalipun ilmu-ilmu ini sudah banyak jumlahnya dan tersebar di timur dan di barat jauhnya,maka ujung-ujungnya adalah bagaikan lautan samudra yang tidak bisa diketahui kedalamannya, atau bagaikan gunung besar tinggi, dimana orang tidak sanggup untuk mencapai puncaknya. Oleh karena itu pintu ilmu ini selalu terbuka bagi setiap ulama yang datang kemudian untuk memasuki apa-apa/persoalan-persoalan yang belum terjamah dan tertinggal pengkodifikasiannya oleh para ulama terdahulu karena beberapa sebab sehingga nanti diakhir masa ilmu inin dapat dihiasi/dibenahi dengan sebaik-baik perhiasan/pembenahan”.
“ sekalipun ilmu-ilmu ini sudah banyak jumlahnya dan tersebar di timur dan di barat jauhnya,maka ujung-ujungnya adalah bagaikan lautan samudra yang tidak bisa diketahui kedalamannya, atau bagaikan gunung besar tinggi, dimana orang tidak sanggup untuk mencapai puncaknya. Oleh karena itu pintu ilmu ini selalu terbuka bagi setiap ulama yang datang kemudian untuk memasuki apa-apa/persoalan-persoalan yang belum terjamah dan tertinggal pengkodifikasiannya oleh para ulama terdahulu karena beberapa sebab sehingga nanti diakhir masa ilmu inin dapat dihiasi/dibenahi dengan sebaik-baik perhiasan/pembenahan”.
Ulum
al-Qur’an yang disusun oleh para ulama tidak sama jumlah ilmu-ilmu al-Qur’an
yang dibahas didalamnya. Hal ini dapat dimengerti karena setiap ulama memilki
ragam dasar pemikiran berdasarkan kompetensi ulama tersebut dalam memahaminya.
Tapi secara umum ilmu-ilmu al-Qur’an terbagi menjadi dua bagian:
Pertama:
ilmu riwayah, yaitu ilmu-ilmu al-Qur’an yang diperoleh dengan dan melalui jalan
riwayat. Artinya dengan cara menceritakan kembali atau mengutip/mensitir dari
apa yang telah ada dalam riwayat-riwayat, misalnya tentang macam-macam
qira’at(bacaan), tempat turunnya ayat, waktu turunnya dan sebab-sebab turunnya.
Kedua:
Ilmu dirayah, yaitu ilmu-ilmu al-Qur’an yang bersifat ijtihadi, yang dhasilkan
dengan jalan pembahasan, perenungan, dan penelitian, misalnya pengetahuan tentang lafazh-lafazh
yang gharib, ayat-ayat yang nasikh dan yang mansukh, tentang I’jaz al-Qur’an
dan sebagainya.
Menurut
Hasbi Ash- Shiddieqy (1965:93-96) ada tujuh belas cabang pokok bahasan ‘Ulum
al-Qur’an yang perlu dikaji oleh mereka yang hendak menafsirkan al-Qur’an atau
menterjemahkannya yaitu:
1. Ilmu Mawathin al-Nuzul
Ilmu
ini menerangkan tempat-tempat turun ayat, masanya,awalnya, dan akhirnya.
Diantara kitab yang membahas masalah ini ialah al-Itqan Fi ‘Ulum al-Qur’an
2. Ilmu Tawarikh al-Nuzul
Ilmu
ini menerangkan masa turun ayat dan urutan turunnya, satu demi satu dari awal
turunnya sampai akhirnya dan urutan turun surat dengan sempurna.
3. Ilmu Asbab al-Nuzul
Ilmu
ini menerangkan sebab-sebab turun ayat.
4. Ilmu Qira’at
Ilmu
menerangkan macam-macam Qira’at yang diterima oleh Rasulullah SAW.
5. Ilmu Tajwid
Ilmu
ini menerangkan bagaimana cara membaca al-Qur’an yang benar.
6. Ilmu Gharib al-Qur’an
Ilmu
ini menerangkan makna kata-kata yang ganjil dan tidak terdapat di kamus bahasa
Arab yang biasa atau percakapan sehari-sehari.
7. Ilmu I’rab Al-Qur’an
Ilmu
ini menerangkan baris kata-kata dan kedudukannya dalam susunan kalimat
8. Ilmu Wujuh wa Al-Nazhair
Ilmu
ini menerangkan kata-kata al-Qur’an Yang mengandung banyak arti dan menerangkan
makna yang dimaksud pada tempat tertentu.
9. Ilmu Ma’rifah al-Muhkam Wa
al-Mutasyabih
Ilmu
ini menjelaskan ayat-ayat yang dipandang Muhkam (jelas maknanya) dan
yang mutasyabih (samar maknanya) sehingga perlu di ta’wil
10. Ilmu Nasikh Wa al-Mansukh
Ilmu
ini menerangkan ayat-ayat yang dianggap mansukh oleh sebagian mufassir.
11. Ilmu Bada’i al-Qur’an
Ilmu
ini mengemukakan keindahan-keindahan yang terdapat dalam al-Qur’an dari segi
kesusasteraan, keanehan-keanehan, dan ketinggian balaghahnya.
12. Ilmu I’jaz al-Qur’an
Ilmu
ini menerangkan kekuatan susunan dan kandungan ayat-ayat al-Qur’an sehingga
dapat ,elemahkan sastrawan-sastrawan arab.
13. Ilmu Ilmu Tanasub al-Qur’an
Ilmu
ini menerangkan persesuaian antara suatu ayat dan ayat yang di depan dan yang
di belakangnya.
14. Ilmu Aqsam al-Qur’an
Ilmu
yang menerangkan tentang maksud-maksud sumpah-sympah allah yang terdapat di
al-Qur’an
15. Ilmu Amtsal Al-Qur’an
Ilmu
ini menerangkan maksud dari perumpamaan yang terdapat di al-Qur’an
16. Ilmu Jidal al-Qur’an
Ilmu
ini menerangkan bentuk dan cara berdebat dan bantahan al-Qur’an yang dihadapkan
kepada kaum musyrik yang tidak bersedia menerima kebenaran dari Tuhan.
17. Ilmu Adab Tilawat al-Qur’an
Ilmu
ini menjelaskan tentang tata cara yang harud diikuti orang ketika membaca
al-Qur’an.
2.2 Pengertian Fawatih al-Suwar
Fawatih
as-suwar termasuk dalam Ilmu Ma’rifah al-Muhkam Wa al-Mutasyabih karena ayat-ayat
yang terdapat pada fawatih as-suwar adalah ayat-ayat yang rata-rata memiliki
makna yang masih samar.
Dari
segi bahasa, fawatihus suwar berarti pembukaan-pembukaan surat, karena
posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks pada suatu surat. Apabila dimulai
dengan huruf-huruf hijaiyah, huruf cenderung ‘menyendiri’ dan tidak bergabung
membentuk suatu kalimat secara kebahasaan. Dari segi pembacaannya pun, tidaklah
berbeda dari lafazh yang diucapkan pada huruf hijaiyah.
Ibnu Abi Al Asba’ menulis sebuah
kitab yang secara mendalam membahas tentang bab ini, yaitu kitab Al-Khaqathir
Al-Sawanih fi Asrar Al-Fawatih. Ia mencoba menggambarkan tentang beberapa
kategori dari pembukaan-pembukaan surat yang ada di dalam Al-Quran. Pembagian
karakter pembukaannya adalah sebagai berikut. Pertama, pujian terhadap Allah swt
yang dinisbahkan kepada sifat-sifat kesempurnaan Tuhan. Kedua, yang menggunakan
huruf-huruf hijaiyah; terdapat pada 29 surat. ketiga, dengan mempergunakan kata
seru (ahrufun nida), terdapat dalam sepuluh surat. lima seruan ditujukan kepada
Rasul secara khusus. Dan lima yang lain ditujukan kepada umat. Keempat, kalimat
berita (jumlah khabariyah); terdapat dalam 23 surat. kelima, dalam bentuk
sumpah (Al-Aqsam); terdapat dalam 15 surat.
2. Macam-macam fawatih al-suwar
Beberapa ulama telah melakukan penelitian
tentang pembukaan surat Alquran, diantaranya sebagai yang dilakukan
al-Qasthalani. Ia mengiventarisir Fawatih al-Suwar menjadi sepuluh macam.
Sementara Ibn Abi al-Isba dalam kitabnya al-Khaqatir al-Sawanih fi Asrar
Fawatih, hanya menyebutkan lima saja.
a. Pembukan dengan pujian kepada
Allah (al-istiftah bi al-tsana).
Pujian kepada Allah ada dua
macam, yaitu:
1) Menetapkan sifat-sifat terpuji
kepada Allah (al-itsbat shifat al-madhiy)
dengan menggunakan salah satu lafal berikut.
a) Memakai lafal hamdalah, yakni
dibuka dengan (الحمد لله), yang terdapat dalam 5 surat.
b) Memakai lafal (تبارك), yang terdapat
dalam 2 surat.
2) Mensucikan Allah dari sifat-sifat
negatif (tanzih ‘an sifat naqshim) dengan menggunakan lafal tasbih, (يسبح\سبح\سبح\سبحن)
sebagai yang terdapat dalam 7 surat.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata
masing-masing surat tersebut menetapkan sifat-sifat yang negatif. Surat-sufat
yang diawali dengan pujian ini memiliki tasbih itu merupakan monopoli Allah.
Dalam hal ini, tasbih dimulai dengan mashdar dan selanjutnya diikuti dengan
fi’il. Ini semua dimaksudkan agar mencakup seluruh tasbih, sekaligus
menunjukkan betapa ajaibnya Al-Quran itu.
b. Pembukaan dengan huruf-huruf yang
terputus-putus (Istiftah bi al-huruf al-muqatha’ah).
Pembukan dengan huruf-huruf
ini terdapat dalam 29
surat dengan memakai 14 huruf
tanpa diulang, yakni (ا\ي\هـ\ن\م\ل\ك\ق\ع\ك\ص\س\ر\
Penggunan huruf-huruf tersebut dalam pembukaan surat-surat Alquran
disusun dalam 14 rangkaian, yang terdiri dari kelompok berikut:
1) Kelompok sederhana, terdiri dari
satu huruf, terdapat dalam 3 surat, yakni (ص) (QS. Shad); (ق) (QS. Qaf); dan (ن) (QS. Nun).
2) Kelompok yang terdiri dari dua
huruf, tedapat dalam 3 surat, yakni (حم) (QS. Al-Mu’min; QS. Al-Sajdah; QS.
Al-Zukhruf, QS. Al-Dukhan; QS. Al-Jatsiyah; dan QS.Al-Ahkaf; (طه) (QS. Thaha); (طس) (QS.
Al-Naml); dan (يس) (QS. Yasin).
3) Kelompok yang terdiri dari tiga
huruf, yakni (الم) QS. Al-Bqarah, QS. Ali
Imran, QS. Al-Ankabut, QS. Al-Rum, QS. Luqman dan QS. Al-Sajdah).
4) Kelompok yang terdiri dari empat
huruf, yakni (الر) (QS. Al-Ra’ad) dan (المص) (QS. Al-A’raf). Kelompok yang terdiri
dari lima huruf, yakni rangkaian ((كهيعص (QS. Maryam) dan (حم عسق) (QS.
Al-Syuara).
c. Pembukaan dengan panggilan
(al-istiftah bi al-nida).
Nida ini ada tiga macam, yaitu
nida’ untuk nabi, nida untuk kaum
mukminin dan
nida untuk umat manusia. .
d. Pembukaan dengan kalimat (jumlah)
khabariah (al-istiftah bi al-jumal al-khabariayyah).
Jumlah khabariyyah di dalam
pembukaan surat ada dua macam, yaitu:
1) Jumlah ismiyyah
Jumlah ismiyyah yang menjadi
pembuka surat terdapat 11 surat, yaitu: (a) (براءة من
الله ورسوله) (Inilah
pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan rasul-Nya (QS. Al-Taubah). (b) (سورة انزلناها وفرضناها) (ini adalah) satu surat yang Kami nuzulkan dan kami wajibkan
(QS. Al-Nur); (c) (تنزيل الكتاب من الله العزيز الحكيم) /Kitab Alquran ini dinuzulkan oleh Allah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. Al-Zumar); (d) (الذين كفروا زصلوا عن سبيل الله) (orang-orang kafir dan menghalang-halangi (manusia), dari
jalan Allah), (QS. Muhammad); (e) (ان فتحنالك فتحا
مبينا) / Sunngguh kami telah,
memberikan keapdamu kemenangan yang nyata (QS. Al-Fath); (f) (الرحمان علم القران)
/Alah Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan, (QS. Al-Rahman); (g) (الحاقة ماالحاقة)
/ Kiamat, apakah hari kiamat itu? (QS. Al-Haqqa); (h) (ان ارسلنانوحا الي قوم)
/Sungguh telah mengutus Nuh kepada kaumnya (QS. Nuh) ; (i) (انا انزلنه في ليلة القدر)
/Sungguh telah menurunkannya (Alquran) pada malam al-Qadr (QS. Al-Qadr); QS.
Al-Qadr; (j) (القارعة ما القارعة) /Hari Kiamat, apakah Hari kiamat itu?(QS. Al-Qari’ah); (k) (انا اعطيناك الكوثر)
/Sungguh kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak (QS. Al-Kawtsar).
2) Jumlah fi’liyah
Jumlah fi’liyah yang menjadi
pembuka surat-surat Alquran terdapat dalam 12 surat, yaitu (a) (يسئلونك عن الانفال)
/Mereka bertanya kepadamu tentang pendistribusian harta rampasan perang (QS.
Al-Anfal); (b) (اتي امرالله فلا تستعجلوه) /Telah pasti datangnya ketetapan Allah
itu, maka janganlah minta disegerakan (QS. Al-Nahl), (c). (اقترب للناس حسابهم)
/Telah dekat datangnya saat itu (QS. Al-Qamar); (d) (قدافلل
المئمنون) /Sungguh beruntung
orang-orang yang beriman (QS. Al-Mukminun; (e) (اقتربت
الساعة) /telah dekat kepada
manusia hari menghisab segala amalam mereka (QS. Al-Anbiya); (f) (قدسمع الله قول التي تجادلك) /Seseorang telah meminta kedatangan azab yang akan menimpanya
(QS. Al-Ma’arij); (g) (لاقسم بيوم القيامة) /Aku bersumpah dengan hari kiamat (QS.
Al-Qiyamah); (h) (لااقسم بهذا البلاد) /Aku bersumpah dengan kota ini, Makkah
(QS. Balad); (i) (عبس وتولي) /Dia (Muhammad) bermuka Masam dan berpaling (QS. ‘Abasa) (j) (لم يكن الذين كفروا من اهل الكتاب) /Dia Orang-orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang
musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan agamanya (QS.
Al-Bayyinah); (k) (الهاكمتكاثر) /Bermegah-megahan telah melalaikan kamu (QS. Al-Takatsur).
Adapun hikmah dan rahasia adanya
pembukaan surat-surat dengan nida’ yaitu untuk memberi perhatian dan
peringatan, baik bagi Nabi, umatnya, maupun untuk menjadi pedoman kehidupan
ini.
e. Pembukaan dengan sumpa
(al-istiftah bi al-qasam).
Sumpah yang digunakan dalam pembukaan surat
Al-quran ada tiga macam dan terdapat dalam 15 surat.
1) Sumpah dengan benda-benda
angkasa, misalnya (والصفات) (Demi rombongan yang bersaf-saf) dalam QS. Al-Shaffat; (والنجم)
(Demi bintang) dalam surat al-Najm; (زالمرسلات) (Demi malaikat-malaikat yang mencabut
nyawa) dalam QS. Al-Nai’at; (والسماء ذات البروج) (Demi lagit yang memiliki gugusan
bintang) dalam QS. Al-Buruj; (والسماء و الطارق) (Demi langit dan yang datang pada malam
harinya) dalam QS al-Thariq; (والفجروليال عشر) (Demi fajar dan malam yang sepuluh) dalam
QS. Al-Fajr; dan (والشمس والضحها) (Demi matahari dan cahanyanya di waktu duha) dalam QS.
Al-Syams.
2) Sumpah dengan benda-benda bawah,
misalnya (والذاريات ذروا) (Demi angin yang menerbangkan debu dengan sekuat-keuatnya)
dalam QS. Al-Dzariyyat; (والطور) (Demi bukit Thur) dalam QS. Al-Thur; (والتين) (Demi buah
Tin) dalam QS. Al-Thin; (والعاديت) (Demi kuda perang yang berlari kencang) dalam QS. Al-‘Adiyat.
3) Sumpah dengan waktu, misalnya (واليل)
(Demi malam) dalam QS. Al-Layl; (والضحي) (Demi waktu duha) dalam QS. Al-Dhuha; (والعصر)
(Demi waktu) dalam QS. Al-Ashr.
Hikmah dari fawatih al suwar
dengan sumpah ini, pertama, agar manusia meneladani sikap bertanggung jawab;
berbicara harus benar dan jujur dan berani berbicara untuk menegakkan keadilan;
kedua, agar dalam bersumpah manusia harus senantiasa memakai nama-nama Allah
bukan selain-Nya; ketiga, digunakannya beberapa benda sebagai sumpah Allah
dimaksudkan agar benda-benda itu diperhatikan manusia dalam rangka mendekatkan
diri keapda Allah, karena pada dasarnya, benda-benda itu ciptaan Allah.
f. Pembukaan dengan syarat
(al-istiftah bi al-syarth).
Syarat yang digunakan dalam
pembukaan surat Al-Quran ada dua macam dan digunakan dalam 7 surat, yakni: (1)
(اذالشمس كورت) / Apabila matahari digulung dalam QS. Al-Takwir; (2) (اذالشماء انفطرت)
/Apabila langit terbelah, dalam QS. Al-Infithar; (3) (اذالشماء
انشقت) /Apabila langit
terbelah, dalam QS. Al-Insyiqaq, (4) (اذا واقعت
الواقعة) /Apabila terjadi hari
kiamat , dalam QS. Al-Waqi’ah; (5) (اذاجاءك المنافقون) /Apabila orang-orang munafik datang
kepedamu, dalam QS. Al-Munafiqun; (6) (اذا زلزلت الارض
زلزالها) /Apabila bumi
dogoncangkan dengan goncangan yang dahsyat, dalam QS. Al-Zaljalah; (7) (اذاجاءنصرالله والفتح) /Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dalam
QS. Al-Nashr.
g. Pembukaan dengan kata kerja
perintah (al-istiftah bi al-amr)
1) Dengan (اقرأ) bacalah, yang hanya terdapat dalam QS.
Al-Alaq
2) Dengan (قل) katakanlah, yang terdapat dalam QS
al-Jin, QS. Al-Kafirun, QS. Al-Falaq dan QS. Al-Nas.
h. Pembukaan dengan pertanyaan
(al-istiftah bi al-istifham)
Bentuk pertanyaan ini ada dua macam
yaitu:
1) Pertanyaan, positif yang
pertanyaan dengan menggunakan kalimat positif. Pertanyaan ini digunakan dalam 4
pendahuluan surat Alquran, yaitu: (هل اتي علي الانسان
حين من الدهر) Bukankah telah
datang atas manusia satu waktu dari masa dalam QS. Al-Dahr, (عم يتساءلون . عن البإالعجيم)
Tentang apakah mereka saling bertanya tentang berita yang besar, dalam QS
al-Naba, (هل اتاك حديث الغاشية) Sudah datangkah kepadamu berita tentang hari pembalasan? Dalam
QS. Al-Ghasyiyah, (ارايت الذي يكذب بالدين) Tahukah kamu orang-orang yang mendustakan
agama? Dalam QS. Al-Ma’un.
2) Pertanyaan negatif, yaitu
pertanyaan dengan menggunakan kalimat; negatif, yang hanya terdapat dalam dua
surat, yakni (الم نشرح لك صدرك) Bukankah kami telah melapangkan dadamu untukmu, dalam QS.
Al-Insyirah dan (الم تركيف فعل ربك بأصحب الفيل) Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana
Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah dalam QS. Al-Fil.
i. Pembukaan dengan doa (al-istiftah
bi al-du’a)
Pembukan dengan doa ini terdapat dalam tiga surat. Yaitu:, (ويل لكل همزةلمزة)
Kecelakaan bagi setiap pengumpat lagi pencela dalam QS. Al-Humazah, (تبت يدا ابي لهب وتب) Binasalah tangan Abu Lahab dan sungguh dia akan binasa dalam
QS. Al-lahab.
j. Pembukaan dengan alasan
(al-istiftah bi al-ta’lil)
Pembukan dengan
alasan ini hanya terdapat
dalam QS. Al-Quraisy (لإيلف قريش)
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy..
B. Kedudukan Pembuka Surat Al-Quran
Menurut As-Suyuti,
pembukaan-pembukaan surat (awail Al-suwar) atau huruf-huruf potongan (Al-huruf
Al-Muqatta’ah) ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat. Sebagai ayat-ayat
mutasyabihat, para ulama berbeda pendapat lagi dalam memahami dan
menafsirkannya. Dalam hal ini pendapat para ulama pada pokoknya terbagi dua.
Pertama, pertama ulama yang memahaminya sebagai rahasia yang hanya diketahui
oleh Allah. As-Suyuti memandang pendapat ini sebagai pendapat yang mukhtar
(terpilih). Ibnu Al-Munzir meriwayatkan bahwa ketika Al-Syabi ditanya tentang
pembukaan-pembukaan surat ini berkata;
ان لكل كتاب
صفوة وصفوة هذا الكتاب حرزف التهجي
Artinya: “Sesungguhnya bagi setiap kitab ada sari
patinya, dan sari patiKitab (Al-Quran) ini adalah huruf-huruf ejaannya”.
Abu Bakar juga diriwayatkan
pernah berkata:
في كل كتاب سر
وسره في القران اوائل السور
Artinya:“Pada setiap kitab ada
rahasia, dan rahasianya dalam Al-Quran adalah permulaan-permulaan suratnya”.
Kedua, pendapat yang memandang
huruf-huruf di awal surat-surat ini sebagai huruf-huruf yang mengandung
pengertian yang dapat dipahami oleh manusia. Karena itu penganut pendapat ini
memberikan pengertian dan penafsiran kepada huruf-huruf tersebut.
Dengan keterangan di atas, jelas
bahwa pembukaan-pembukaan surat ada 29 macam yang terdiri dari tiga belas
bentuk. Huruf yang paliang banyak terdapat dalam pembukaan-pembukaan ini adalah
huruf Alif (ا) dan lam (ل), kemudian Mim (م), dan seterusnya secara berurutan huruf Ha (ح), Ra (ر), Sin (س) Ta (ط), Sad (ص), Ha (ه), dan Ya’
(ي),
‘Ain (ع)
dan Qaf (ق),
dan akhirnya Kaf (ك), dan Nun (ن).
Seluruh huruf yang terdapat dalam
pembukaan-pembukaan surat ini dengan tanpa berulang berjumlah 14 huruf atau
separuh dari jumlah keseluruhan huruf ejaan. Karena itu, para mufassir berkata
bahwa pembukaan-pembukaan ini disebutkan untuk menunjukkan kepada bangsa Arab
akan kelemahan mereka. Meskipun Al-Quran tersusun dari huruf-huruf ejaan yang
mereka kenal, sebagiannya datang dalam AlQuran dalam bentuk satu huruf saja dan
lainnya dalam bentuk yang tersusun dari beberapa huruf, namun mereka tidak
mampu membuat kitab yang dapat menandinginya. Pendapat ini telah dijelaskan
secara panjang lebar oleh Al-Zamakhsari (wafat 538 H) dan Al-Baidhawi (wafat
728 H). pendapat ini dikuatkan oleh Ibn Taimiyah (wafat 728 H) dan muridnya,
Al-Mizzi (wafat 742 H). Mereka menguraikan tantangan Al-Quran di turunkan dalam
bahasa Mereka sendiri. Akan tetapi, mereka tidak mampu membuat kitab yang
menyerupainya. Hal ini menunjukkan kelemahan mereka di hadapan Al-Quran dan
membuat mereka tertarik untuk mempelajarinya.
Berikut ini dikemukakan beberapa riwayat
dan pendapat ulama:
1.“Dari Ibn Abbas tentang firman
Allah: (الم),
berkata Ibn Abbas:” Aku Allah lebih mengetahui”, tentang (المص) berkata Ibn
Abbas:” Aku Allah akan memperinci”, dan tentang (الر) berkata Ibn Abbas: “Aku Allah melihat”. (Dikeluarkan
oleh Ibn Abi Hatim dari jalan Abu Al-Duha).
2. “Dari Ibn Abbas, berkata ia:
“alif lam ra, ha’mim, dan nun adalah huruf-huruf al-Rahman yang dipisahkan
(dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim dari jalan Ikrimah)”.
3. “Dari Ibn Abbas tentang Kaf,
Ha’, Ya’ Ain, Sad, berkata ia: “Kaf dari Karim (pemurah). Ha dari Hadin
(pemberi petunjuk), Ya, dari Hakim (bijaksana), ‘Ain dari ‘Alim (Maha
Mengetahui), dan Sad dari Sadiq (yang benar). (Dikeluarkan oleh Al-Hakim dan
lainnya dari jalan Sa’id Ibn Jubair)
4.“Dari Salim Abd Ibn Abdillah
berkata ia: (حم، الم) dan (ن) dan seumpamanya adalah nama Allah yang dipotong-potong”,
(Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim).
Dari Al-Saddiy, ia berkata:
“Pembukaan-pembukaan surat adalah nama dari nama-nama Tuhan Jalla Jalaluh yang
dipisah-pisah dalam Al-Quran”. (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim).
Dari Ibn Abbas, berkata ia: (ص، طسم، الم)
dan yang seumpamanya adalah sumpah yang Allah bersumpah dengannya, dan
merupakan nama-nama Allah juga”.(Dikeluarkan oleh Ibn Jarir dan lainya dari
jalan Ali Ibn Abi Talhah).
Ada pendapat mengatakan bahwa
huruf-huruf itu adalah nama-nama bagi Al-Quran, seperti Al-Furqan dan Al-Zikir.
Pendapat lain mengatakan bahwa huruf-huruf tersebut adalah pembuka bagi
surat-surat Al-Quran sebagaimana hanya qasidah sering diawali dengan kata (بل) dan (لا).
Dikatakan juga huruf-huruf ini
merupakan peringatan-peringatan (tanbihat) sebagaimana halnya dalam panggilan
(nida). Akan tetapi, di sini tidak digunakan kata-kata yang biasa digunakan
dalam bahasa Arab, seperti (ألا) dan (أما) karena kata-kata ini termasuk lafal yang sudah biasa dipakai
dalam percakapan. Sedangkan al-Quran adalah kalam yang tidak sama dengan kalam
yang biasa sehingga digunakan alif (ا).
Sebagai peringatan (tanbih) lebih terkesan kepada pendengar. Yang belum
pernah digunakan sama sekali sehingga lebih terkesan kepada pendengar.
Dalam hubungan ini sebagian ulam
memandangnya peringatan (tanbih) kepada rasul agar dalam waktu-waktu
kesibukannya dengan urusan manusia berpaling kepada Jibril untuk mendengarkan
ayat-ayat yang akan disampaikan kepadanya. Sebagian yang lain memandangnya
sebagai peringatan (tanbih) kepada orang-orang Arab agar mereka tertarik
mendengarkannya dan hati mereka menjadi lunak kepadanya. Tampaknya, pandangan
yang pertama kurang tepat karena Rasul sebagai utusan Allah dan yang
terus-menerus merindukan wahyu tidak perlu diberi peringatan. Sedangkan
pandangan yang kedua adalah lebih kuat karena orang-orang Arab yang selalu
bertingkah, keras hati dan enggan mendengarkan ketenaran perlu diberi
peringatan (tanbih) agar perhatian mereka tertuju kepada ayat-ayat yang
disampaikan.
Di katakana juga bahwa Thaha (طه) dan
Yasin (يس)
berarti hai laki-laki atau hai Muhammad atau hai manusia. Pendapat lain
memandang kedua Thaha (طه) dan Yasin (يس) sebagai nama bagi Nabi Saw.
C. Pendapat Para Ulama Tentang Huruf
Hijaiyah Pembuka Surat
Para ulama yang membicarakan
masalah ini ada yang berani menafsirkannya, di mana huruf-huruf itu merupaka
rahasia yang hanya Allah sendiri yang mengetahui-Nya.
1. Az-Zamarksyari berkata dalam
tafsirnya “Al-Qasysyaf” huruf-huruf ini
ada beberapa pendapat yaitu:
a. Merupakan nama surat
b. Sumpah Allah
c. Supaya menarik perhatian orang
yang mendengarkannya, As-Sayuti menukilkan pendapat Ibnu Abbas tentang huruf
tersebut sebagai berikut:
(الم) berarti (انا
الله اعلم), (المص) berarti (انا الله اعلم و افصل), (الر) berarti (انا الله اري), (كهيعص) diambil dari (كريم
– هاد – حكيم – عليم – صادق)
juga berarti (كان – هاد – تمين – عالم – صادق) Adh Dhahak berpendapat bahwa (الر)
ialah: اناالله اعلم وارفع
dikatakan pendapat hanyalah
dugaan belaka. Kemudian As-Suyuti menerangkan bahwa hal itu merupakan rahasia
yang hanya Allah sendiri yang mengetahuinya.
2. al-Quwaibi mengatakan bahwasanya
kalimat itu merupakan tanbih bagi Nabi, mungkin pada suatu saat Nabi dalam
keadaan sibuk, maka Allah menyuruh Jibril untuk memberikan perhatian terhadap
apa yang disampaikan kepadanya.
3. As-Sayid Rasyid Ridha tidak
membenarkan Al-Quwaibi di atas, karena Nabi senantiasa dalam keadaan sadar dan
senantiasa menanti kedatangan wahyu
Rasyid Ridha berpendapat sesuai dengan Ar-Razi, bahwa tanbih ini sebenarnya
dihadapkan kepada orang-orang Musyrik Mekkah dan Ahli Kitab Madinah. Karena
orang-orang kafir apabila Nabi membacakan Al-Quran mereka satu sama lain
menganjurkan untuk tidak mendengarkannya.
Disebut dalam surat Fusilat ayat 26:
Artinya: “Dan orang-orang yang kafir berkata:
“Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran Ini dan buatlah
hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka“. (QS. Fusyilat:
26)
4. Ulama salaf berpendapat bahwa
“Fawatih Suwar” telah disusun semenjak zaman azali sedemikian rupa supaya
melengkapi segala yang melemahkan manusia dari mendatangkannya seperti
Al-Quran.
Oleh karena i’tiqad bahwa
huruf-huruf ini telah sedemikian dari azalinya, maka banyaklah orang yang tidak
berani mentafsirkannya dan tidak berani mengeluarkan pendapat yang tegas
terhadap huruf-huruf itu. Huruf-huruf itu dipandang masuk golongan mutasyabihat
yang hanya Allah sendiri yang mengetahui tafsirnya. Huruf-huruf itu, sebagai
yang pernah ditegaskan oleh Asy-Syabi, ialah rahasia dari pada Al-Quran ini.
2.3 Urgensi
Studi Fawatihus Suwar
Al-Qur’an memiliki
banyak keistimewaan dari
segi makna dan
kebahasaan. Fawatihus Suwar merupakan salah satu realitas keistimewaan misterius
yang terdapat di dalam Al_Qur’an
. Pemaparan tentang fawatihus Suwar, khusunya menyangkut Al-Huruf Al
Muqotta’ah, tidak banyak bahkan hampir
tidak ada yang
berhasil mengungkapkan latar
belakang ataupun keterangan
yang valid yang
secara historis bisa
membuktikn hubungan – hubungan
fawaitus suwar. Dari
segi makna, memang
banyak sekali penafsiran –
penafsiran spekulatif terhadap
huruf-huruf itu. Dikatakan
spekulatif, karena penafsiran-penafsiran mengenai hal itu tidak
didahului pengungkapan konteks historisnya. Lain halnya dengan Fawatihus Suwar
dalam bentuk lain misalnya Al Qosam (sumpah), An Nida’
(seruan), Al Amr (perintah),Al Istifham (pertanyaan) dan lain -lain.
Urgensi telaah terhadap
fawatihus suwar tidak
terlepas dari konteks
penafsiran Al-Qur’an. Pengggalian – penggalian makna yang terlebih
dahulu melalui karakter bab ini, akan memberikan nuansa tersendiri, baik yang
didasarkan pada data historis yang konkrit ataupunpenafsiran yang menduga –
duga. Lebih dari itu tentu
saja kita tetap
meyakini eksistensi
Al-Qur’an, kebesarannya, keagungannya, juga
rahasia kemu’jizatannya.
Banyak sekali
urgensi yang kita
dapat dalam mengkaji
Fawatih al-Suwar Adapun sebagian dari urgensinya sebagai berikut:
1. Sebagai
Tanbih ( peringatan ) dan dapat
memberikan perhatian baik
bagi nabi, maupun umatnya
dan dapat menjadi pedoman
bagi kehidapan ini.
2. Sebagai pengetahuan bagi kita yang
senantiasa mengkajinya bahwa
dalam fawatih as-suwar banyak sekali
hal-hal yang mengandung
rahasia – rahasia Allah yang kita
tidak dapat mengetahuinya,
3. Sebagai motivasi untuk selalu mancari ilmu
dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
Untuk menghilangkan keraguan terhadap al-Qur,an terutama bagi kaum islimin yang
masih lemah imannya karena sangat mudah
terpengaruh oleh perkataan
musuh -musuh islam yang mengatakan bahwa al-qur’an itu adalah buatan
Muhammad. Dengan mengkaji Fawatih al-Suwar kita akan merasakan terhadap keindahan bahasa
al-Qur’an itu sendiri bahwa
al-Qur’an itu datang dari Allah swt.
Bab III
Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
Fawatih
as-suwar termasuk dalam Ilmu Ma’rifah al-Muhkam Wa al-Mutasyabih karena
ayat-ayat yang terdapat pada fawatih as-suwar adalah ayat-ayat yang rata-rata
memiliki makna yang masih samar.
Dari
segi bahasa, fawatihus suwar berarti pembukaan-pembukaan surat, karena
posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks pada suatu surat. Apabila dimulai
dengan huruf-huruf hijaiyah, huruf cenderung ‘menyendiri’ dan tidak bergabung
membentuk suatu kalimat secara kebahasaan. Dari segi pembacaannya pun, tidaklah
berbeda dari lafazh yang diucapkan pada huruf hijaiyah.
Ibnu
Abi Al Asba’ menulis sebuah kitab yang secara mendalam membahas tentang bab
ini, yaitu kitab Al-Khaqathir Al-Sawanih fi Asrar Al-Fawatih. Ia mencoba
menggambarkan tentang beberapa kategori dari pembukaan-pembukaan surat yang ada
di dalam Al-Quran. Pembagian karakter pembukaannya adalah sebagai berikut.
Pertama, pujian terhadap Allah swt yang dinisbahkan kepada sifat-sifat
kesempurnaan Tuhan. Kedua, yang menggunakan huruf-huruf hijaiyah; terdapat pada
29 surat. ketiga, dengan mempergunakan kata seru (ahrufun nida), terdapat dalam
sepuluh surat. lima seruan ditujukan kepada Rasul secara khusus. Dan lima yang
lain ditujukan kepada umat. Keempat, kalimat berita (jumlah khabariyah);
terdapat dalam 23 surat. kelima, dalam bentuk sumpah (Al-Aqsam); terdapat dalam
15 surat.
Banyak sekali
urgensi yang kita
dapat dalam mengkaji
Fawatih al-Suwar Adapun sebagian dari urgensinya sebagai
berikut:
1. Sebagai
Tanbih ( peringatan ) dan dapat
memberikan perhatian baik
bagi nabi, maupun umatnya
dan dapat menjadi pedoman
bagi kehidapan ini.
2. Sebagai pengetahuan bagi kita yang
senantiasa mengkajinya bahwa
dalam fawatih as-suwar banyak sekali
hal-hal yang mengandung
rahasia – rahasia Allah yang kita
tidak dapat mengetahuinya,
3. Sebagai motivasi untuk selalu mancari ilmu
dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
Untuk menghilangkan keraguan terhadap al-Qur,an terutama bagi kaum islimin yang
masih lemah imannya karena sangat mudah
terpengaruh oleh perkataan
musuh -musuh islam yang mengatakan bahwa al-qur’an itu adalah buatan
Muhammad. Dengan mengkaji Fawatih al-Suwar kita akan merasakan terhadap
keindahan bahasa al-Qur’an itu
sendiri bahwa al-Qur’an itu datang dari Allah swt.
3.2 Saran
Pengkajian
terhadap studi fawatih as-suwar perlu diperdalam lagi karena jika terjadi
kesalahpahaman terhadap pembaca yang sedang mempelajari studi tentang al-Qur’an
bisa menimbulkan kesesatan yang nyata. Terutama pengkajian ini harus dilakukan
oleh kalangan yang memiliki ilmu lebih dalam serta sudah menguasai banyak
literatur tentang al-Qur’an agar tidak terjadi salah penafsiran.
Abd Chalik, Chaerudji. 2013. Ulum Al-Qur’an.
Jakarta: Hartomo Media Pustaka
Bagus
BalasHapus